BERAPA rupiah nilai lingkungan yang dihasilkan oleh suatu ekosistem, sampai kini masih tetap nisbi. Kuantifikasi nilai ekonomi kerusakan ataupun manfaat lingkungan karena pembangunan umumnya belum memiliki keandalan ataupun kesamaan pendapat. Padahal, true value sumber daya tersebut sangat perlu diketahui. Kalau ada angka kuantitatif, wujudnya baru berupa jumlah produk dari sumber daya atau angka kerusakan fisik akibat aktivitas memperolehnya.

BERAPA nilai rupiah kerusakan lingkungan karena kegiatan pembangunan, berapa rupiah yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai kemanfaatan ekonomi kalau lingkungan itu dijaga atau diperbaiki, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab secara kuantitatif.
Nilai ekonomi lingkungan yang dianggap tak terukur, intangible, dan sering kali bahkan dianggap tidak layak dipertanyakan karena memiliki nilai yang sulit dihitung secara nyata tersebut dapat didekati hingga menjadi tangible, terukur, meskipun cara pendekatannya bersifat relatif dan malahan tak jarang dianggap mengada-ada.

Sebuah contoh yang sering kita dengar, kerusakan lahan karena proses erosi didekati dengan menghitung berapa rupiah yang diperlukan untuk mengangkut kembali lapisan top soil yang hanyut ke sungai dan waduk ke struktur tanah di lokasi semula. Di Korea, Kim dan Dixon (1982) menyajikan angka kerusakan tanah akibat erosi tersebut sebesar 111.964 won per hektar atau senilai 162,3 dollar AS per hektar. Sedangkan di Indonesia, angka riset tentang hal ini ataupun kasus-kasus lingkungan yang lain belum diperoleh.

Nilai pokok lingkungan paling sering dihitung dari kejadian bencana tata air, kerusakan lahan, dan polusi. Nilai lainnya yang tidak kalah penting, namun sering dilupakan adalah nilai konservasi alam hayati dan plasma nutfah maupun nilai keberadaan sumber daya terhadap aktivitas eksogen baik makro maupun yang bersifat mikro. Hutan dan pepohonan berperan paling besar dalam perlindungan ekosistem lingkungan ini, sampai kepada nilai keteduhan dan estetikanya. Bahkan, sumber daya hutan mampu membentuk pola budaya dan sosial setempat.

Bagaimana menguantifikasikan nilainya, memang bukan perkara yang mudah. Tapi, paling tidak dengan itikad memberikan gambaran yang paling dapat dipertanggungjawabkan, kuantifikasi nilai ekonomi (dan finansial) lingkungan ini dapat dilakukan. Tentunya dengan simplifikasi sesederhana mungkin.
Analisis proyek dengan mempertimbangkan nilai ekonomi lingkungan dilakukan oleh Maynard M Hutscmidt bersama empat rekannya melalui metode benefit cost analysis (BCA), dikembangkan tahun 1936 di Amerika Serikat, berkaitan dengan pembangunan proyek pengairan di sana. Metode ini secara sederhana dikembangkan untuk menghitung besarnya peningkatan keuntungan proyek apabila dikeluarkan biaya konservasi lingkungannya, merupakan contoh awal usaha menguantifikasi nilai lingkungan yang mulai diperhatikan. Perdebatan cara analisa ini berlangsung sampai ke Congress selama tahun 1950-an yang mengundang perhatian para ahli ekonomi.

Di tahun 1958, Eckstein, Krutilla dan Eckstein, serta McKean memublikasikan tiga buku tentang benefit cost analysis tersebut. Hammond merupakan orang pertama yang di tahun 1958 memodifikasi metode ini untuk kegiatan pengendalian polusi. Selanjutnya tercatat nama Maass dan kawan kawan (1962), Barnet dan Morse (1963), Dorfman (1965), Herfindahl dan Kneese (1974), serta Mishan (1976) yang juga mengembangkan metode analisis di atas. Metode ini pun berkembang ke Inggris, Amerika Utara, dan Eropa Barat. Dan, kini Bank Dunia pun menggunakannya untuk menganalisa usulan investasi proyek-proyek, termasuk di negara-negara sedang berkembang.

Konsep utama analisis ini secara sederhana menghitung perbandingan keuntungan dan biaya suatu proyek, ditambah upaya konservasi, sebagaimana layaknya menggunakan metode investment criteria di bidang ekonomi. Tujuannya untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan menilai efek perubahan kualitas lingkungan dan mengantisipasi perlakuan perbaikan maupun pengendalian kerusakannya. Intinya, kerusakan lingkungan merupakan eksternalitas yang harus turut diperhitungkan dalam biaya proyek.

CARA sederhana lainnya yang dapat dikembangkan untuk menilai kelayakan suatu proyek adalah metode benefit loss analysis (BLA), yakni dengan memperbandingkan net present value (NPV) dari berkembangnya nilai keuntungan kegiatan dengan nilai kerugian akibat rusaknya lingkungan dalam berbagai aspek yang sebelumnya tidak pernah terjadi (Handadhari, 1994).

Eksploitasi hutan, misalnya, akan menghasilkan banyak keuntungan rupiah. Namun, juga akan merubah struktur ekosistem yang menurunkan kualitas lingkungan atau bahkan merusaknya dalam jangka waktu yang cepat, bahkan sering kali cenderung permanen. Di tanah pertanian, kegiatan budidaya yang tidak disertai konservasi telah menyebabkan erosi, menurunkan produksi pertanian dan menambah ongkos pemupukan yang tidak jarang menyebabkan polusi pestisida yang merugikan kehidupan biota air sungai dan nelayan ikan, serta kesehatan masyarakat.

Di kota besar, pembangunan kota dan permukiman telah menyebabkan naiknya suhu udara sampai 10 derajat Celsius, menurunkan kemampuan tanah menyerap air, polusi udara, tercemarnya sungai, dan berbagai kerusakan nilai lingkungan. Di sektor pertambangan, tidak dapat ditutupi timbulnya kerusakan lingkungan langsung yang amat sulit direklamasi. Namun, hal yang jelas merugikan seperti ini tidak pernah diungkapkan dalam rupiah untuk menilai pertumbuhan nilai ekonomi pembangunan yang sebenarnya.

Sebuah contoh polemik kasus lingkungan yang sempat populer adalah pembangunan padang golf dan agrowisata di Puncak sepanjang medio 1993. Pembangunan lahan 700 hektar yang menjanjikan pajak Rp 4 miliar setahun tersebut akhirnya harus diperbandingkan dengan nilai kerusakan lingkungan berupa menurunnya hasil air yang menurut perhitungan teknis mencapai sekitar 5 juta meter kubik setahun, erosi tanah 211 ton per hektar per tahun, limpasan run off 18 juta meter kubik setahun yang merusak dan memperbesar bahaya banjir di Jakarta akan mengakibatkan kerugian materiil yang bernilai rupiah sangat besar.

Dari hasil air tanah yang hilang saja, apabila dikomersialkan sebagai air mineral dengan nilai serendah Rp 100 per liter, waktu itu, bisa bernilai Rp 500 miliar per tahun. Maka, proyek tersebut justru akan merupakan kerugian nilai lingkungan yang sangat besar, jauh melampaui nilai pajak yang dihasilkan proyek tersebut (Kompas, 24 Mei 1993).

Contoh kasus environmental benefit loss analysis lainnya adalah pembangunan Jalan Tol Jagorawi yang konon sangat menguntungkan. Padahal, kita semua sadar bahwa jalan tersebut yang telah memacu kerusakan lingkungan Bogor-Puncak-Cianjur, bahkan areal pertanian dan peresapan air sepanjang jalan tol itu sendiri. Dan, kini, rencana pembangunan pantura Jakarta yang berjudul "reklamasi pantai" sedang diperdebatkan untung ruginya.

Secara nyata, keuntungan rupiahnya jelas amat menggiurkan (Kompas, 27 September 2002), tetapi kerugian materiil maupun nonmaterial yang akan ditanggung masyarakat pinggiran masih terus-menerus menjadi perdebatan.

Di Indonesia, masalah kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan memang belum menarik untuk dibahas. Namun, beberapa ahli ekonomi dan kehutanan telah berusaha mengintroduksinya. Di antaranya, Iwan Jaya Azis (Universitas Indonesia, 1990-an) menyajikan gagasan menginternalisasi faktor-faktor eksternal melalui modifikasi model Robinson dalam bentuk model computable general equilibrium (CGE) yang diharapkan secara spesifik mampu menginternalisasi unsur-unsur pencemaran lingkungan.
Perhitungan kuantitatif nilai konservasi lingkungan hutan nasional telah pula dicoba oleh sekelompok ahli yang konon mengungkapkan bahwa nilai konservasi hutan alami terhadap perlindungan tanah dan penyerapan air saja sekitar 4 miliar dollar AS setahun.

Young Cheul Kim dan Achmad Sumitro (UGM, 2002) mengungkapkan, nilai ekonomi total hutan sebesar lebih dari Rp 10 juta/hektar/tahun, dengan nilai terbesar sebagai gudang penyimpan karbon (89%). Sedangkan IPB Bogor sebelumnya meneliti nilai hasil hutan kayu yang hanya kurang dari 5% dari nilai intrinsik sumber daya hutan, yang menyiratkan besarnya kerugian kegiatan eksploitasi apabila tanpa konservasi hutan.

Akhirnya, meskipun sifatnya masih amat nisbi, nilai ekonomi lingkungan sangat penting untuk dikuantifikasikan. Berapa nilai keuntungan suatu kegiatan pembangunan dibandingkan dengan nilai kerugiannya akibat rusaknya lingkungan dan kehidupan sosial bukanlah hal yang sulit dan mustahil dilakukan. Paling tidak, gambarannya diperlukan untuk memberikan masukan obyektif bagi para pengambil keputusan. Hanya para pihak yang terlibat tentu enggan mengungkapkannya. Apalagi, bila akan mempengaruhi "periuk nasi" mereka. Tetapi, sampai kapan?

Transtoto Handadhari, Pengamat Ekonomi Kehutanan, alumnus UGM

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/08/Fokus/357828.htm
Kesehatan jasmani dan rohani setiap penduduk merupakan bagian yang harus diperjuangan secara proaktif dan reaktif. Kenapa? Karena kesehatan tergolong penting sebagai has asasi manusia - tua, muda dan anak-anak, di kota atau di desa, orang kaya atau orang miskin, pejabat atau rakyat, di laut atau di gunung. Pendek kata kesehatan mestinya diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Untuk memperjuangkan kesehatan sebagai hak asasi manusia yang hakiki, negara telah menjadikan kesehatan sebagai prioritas penganggaran negara dan daerah dengan memberi porsi anggaran sebanyak 20%.

Banyak sudah aplikasi perangkat lunak yang diciptakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan penggunanya. Mulai dari meningkatkan produktifitas, komunikasi, pergaulan, keuangan sampai kesehatan. Untuk poin yang terakhir saya sebutkan, nampaknya masih jarang dikembangkan di Indonesia. Entah dirasa kurang menguntungkan atau mungkin memang proses adapatasinya yang sulit. Padahal jika dilihat lebih jauh, aplikasi kesehatan dapat meningkatkan kinerja, efisiensi serta mengedukasi banyak orang tentang informasi kesehatan.

Sebagai contoh kecil, adalah masalah rekam medis dari pasien di rumah sakit. Coba anda bayangkan jika rekam medis ini bisa dilihat oleh dokter, pasien, dan juga staff rumah sakit secara jarak jauh atau bahkan mobile. Jadi di manapun seorang dokter berada, ia dapat mengambil tindakan tanpa harus melihat rekam medis yang ada di komputer rumah sakit terlebih dahulu. Para dokter juga dapat dengan cepat menganalisa keadaan pasien dari output grafik yang bisa diberikan oleh aplikasi tersebut.
Lalu, pasien juga bisa melaporkan perkembangan berat badan, tensi darah, kadar gula, atau hal-hal lain yang dapat dilakukan di rumah melalui sebuah website ataupun aplikasi mobile. Dan kemudian para dokter dapat memantau perkembangan si pasien tersebut. Pasien juga bisa melakukan konsultasi secara online dengan para dokter, tentunya dengan menggunakan kredit poin yang dapat dibayarkan secara online. Menyenangkan sekali jika memang kita memiliki aplikasi seperti ini yang terintegrasi dan bisa diimplementasikan secara nyata di dunia kesehatan.
Di luar Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan aplikasi-aplikasi kesehatan. Mulai dari aplikasi desktop yang digunakan rumah sakit, sampai yang berbentuk web, bahkan ada yang bertemakan social networking. Tidak ketinggalan juga implementasinya di perangkat mobile, semacam smartphone hingga tablet. Kebanyakan orang menyebut aplikasi seperti ini dengan e-health.
Saya sendiri masih belum berhasil mendapatkan contoh-contoh dari e-health yang ada di Indonesia. Tetapi kebetulan saya berhasil mendapatkan beberapa website serta aplikasi mobile yang bertemakan e-health di luar Indonesia. Walaupun saya harus menunggu invitasi dari versi closed beta-nya, tetapi dengan melihat halaman “about” mereka saya berasumsi, aplikasi seperti ini memang layak disebut e-health.
Nah berikut adalah beberapa aplikasi yang saya temukan, baik berupa web site maupun aplikasi mobile:

Withings

Sebuah situs yang menawarkan e-health yang terintegrasi dengan smartphone anda beserta peralatan eksternal lainnya. Di sini pengguna dapat mencatat perkembangan berat badan, tekanan darah dan juga kondisi bayi anda. Aplikasi ini cukup membantu kesadaran si penggunanya untuk memiliki  rekam medis pribadi. Nantinya hasil dari data data tersebut dapat dikirimkan melalui email langsung ke dokter yang diinginkan sebagai bahan konsultasi maupun medical check up. Dengan begitu pengguna diberdayakan dan di edukasi untuk selalu memperhatikan kesehatannya dengan bantuan teknologi.
Website: withings.com

MotherKnows




MotherKnows menargetkan apliaksi web mereka untuk para orang tua. Disini para orang tua dapat membuat catatan medis dari putra putri mereka. Selain itu para orang tua juga bisa menambahkan jadwal imunisasi, golongan darah, riwayat alergi, riwayat pengobatan serta tindakan kesehatan yang pernah dilakukan serta melihat statistik perkembangan berat dan tinggi anak secara cepat. Tidak ketinggalan juga para orang tua dapat mencatat, dokter mana saja yang telah dikunjungi dan lain sebagainya.  Selain dapat diakses melalui web site, MotherKnows juga direncanakan akan memiliki aplikasi mobile.
Website: motherknows.com

Sickweather


Merupakan jejaring sosial dimana para anggotanya melakukan sharing mengenai kondisi kesehatan mereka. Menjadi menarik karena dengan melakukan sharing kondisi kesehatan mereka, maka jika terjadi wabah seperti demam berdarah, diare, atau malaria, anggota yang lain dapat mengetahui hal tersebut melalui fitur pemetaan. Fitur pemetaan ini menampilkan penyakit yang banyak terjadi di suatu daerah berdasarkan dari sharing status tadi. Dari data pemetaan penyakit tersebut, para petugas kesehatan setempat bisa melakukan tindakan pencegahan dengan lebih cepat, tanpa menunggu jatuhnya korban. Di lain pihak, anggota lainnya dapat memeberi saran dan berbagi cara penanggulangannya.
Website: sickweather.com
~
Nah, itulah konsep e-health yang berhasil saya temukan, dan membuka pikiran saya terbuka bahwa kita juga bisa membuat hal-hal semacam itu. Memang mungkin belum bisa mencakup semua kalangan, tetapi jika bisa berhasil maka akan sangat bermanfaat bagi dunia kesehatan di Indonesia. Usaha ini saya rasa haruslah dimulai dari para pengembang aplikasi, dimana e-health ini merupakan pasar yang masih baru dan mungkin agak sulit mencari keuntungan di sini. Hanya saja manfaat yang bisa diberikan ke masyarakat lebih besar jika hanya dibandingkan dengan ukuran keuntungan semata. Jadi bagaimana, ada yang berinisiatif membuat e-health?


bahan bacaan:

www.teknojournal.com

Pengantar

Ada tampaknya dalam jumlah banyak kemungkinan aplikasi teknologi informasi (TI) untuk manajemen pelayanan kesehatan. Antusiasme dalam memperkenalkan solusi dalam perawatan kesehatan TI kadang-kadang melewati pengawasan tradisional dan kontrol kualitas. Tanpa penilaian dan sistem pemikiran yang tepat (bagaimana implementasi, bagian dari sistem, kadang-kadang menghasilkan efek negatif di bagian lain dari sistem) seseorang tidak harus memperkenalkan solusi TI baru.


Bidang e-health ini seperti dikatakan, sangat luas, mencakup topik-topik seperti telemedicine, catatan elektronik, perekrutan, pergi tanpa kertas, pengadaan, skor kesehatan kartu, audit, sistem informasi dll 





Detmer 

The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control mendefinisikan tiga bidang informatika kesehatan:


• informatika Konsumen• Medis dan klinis informatika, dan• Bio informatika.Kategori ini didasarkan pada jenis dominan pengguna atau digunakan.Dalam tulisan ini, fokus akan pada dua jenis pertama disebutkan.Pergi ke:Informatika KonsumenSeringkali kategori ini - Informatika Konsumen - adalah yang sering disebut sebagai 'e-health' dan berfokus komunikasi kepada pasien dan masyarakat tentang topik kesehatan.


Konsumen-to-consumer (C-to-C) aplikasi yang berarti berpotensi kuat memberdayakan individu dan masyarakat. Ada 25.000 - 30.000 website berorientasi kesehatan dan mereka adalah yang paling dikunjungi. Situs-situs tersebut dan akan sumber utama informasi dan mis-informasi. Ada kebutuhan mendesak bagi semua pihak, termasuk para politisi / anggota parlemen, profesional kesehatan dan industri untuk menempatkan standar yang memadai dan kontrol kualitas untuk situs ini.


Sudah aplikasi C-to-C telah memberi kontribusi pada penciptaan "virtual" dan kadang-kadang kuat masyarakat, kadang-kadang dengan hasil dipertanyakan, seperti kekerasan sehubungan dengan Organisasi Perdagangan Dunia Summits. Tapi, kadang-kadang, lebih sesuai dengan semangat demokrasi baik-informasi, seperti jaringan antara pemilik tanah menderita banjir di Inggris. Kedua contoh dikutip sedang fokus pada pemerintah (s) dan pihak terkait lainnya.Pergi ke:Medis / klinis informatika.


Kategori ini berhubungan langsung dengan kesehatan struktur, proses dan hasil. Sebuah aplikasi utama adalah catatan medis berbasis komputer, sub-kategori yang catatan pribadi berbasis komputer yang akan memfasilitasi akses ke terapi biaya rendah, misalnya, dengan daerah-daerah tertentu dari kesehatan mental, seperti depresi.


Lain sub-kategori adalah catatan pasien berbasis komputer yang akan memudahkan pengambilan keputusan klinis. Catatan ini kemudian dapat dikaitkan dengan sistem berorientasi ilmu yang dapat berkontribusi untuk kontrol kualitas dari proses klinis. Pendukung keputusan tersebut telah terbukti memiliki hasil yang lebih baik.


Catatan kesehatan berbasis populasi komputer atau masyarakat biasanya anonim pasien dan / atau catatan pribadi. Sistem ini sangat berharga dalam kesehatan masyarakat di mana seseorang mencoba untuk melacak berbagai jenis bahaya kesehatan, terkait baik dengan, agen lingkungan atau sosial medis.Apa komentar umum, oleh karena itu, dapat dibuat mengenai catatan berbasis komputer? Tentu saja ada kekhawatiran etis yang penting dalam kaitannya dengan komposisi catatan dan akses yang sama. Juga, menghubungkan sistem pencatatan yang berbeda satu sama lain kadang-kadang menimbulkan kritik, khususnya dalam kasus-kasus yang mungkin melibatkan catatan pribadi / pasien. Sekali lagi, ada perlu untuk mengamankan standar dan kualitas dan langkah yang tepat, nasional dan internasional, yang akan diambil dalam mencari solusi.


Juga, kurangnya bimbingan dari pemerintah pusat, dalam banyak kasus menyebabkan mish-mash komputer berbasis sistem catatan pasien non-kompatibel. Keadaan seperti itu telah menyebabkan masalah timbul dalam pengolahan kelancaran pasien antara unit-unit pelayanan kesehatan, bahkan dalam otoritas kesehatan yang sama (atau setara). Terlepas dari banyak aspek positif devolusi / desentralisasi, ada, seperti yang ditunjukkan di atas-menyebutkan beberapa contoh, kebutuhan untuk koordinasi pusat. 


Pengamatan ini juga mungkin memiliki beberapa bantalan internasional dengan volume tinggi orang bepergian melintasi asrama nasional dan kadang-kadang membutuhkan perawatan kesehatan darurat di luar negara masing-masing. Dalam kasus ini, transfer cepat dan efisien, elektronik, catatan medis mungkin penting untuk mencapai pengiriman perawatan akut berkualitas baik.Pergi ke:TelemedicineAkhirnya, telemedicine memberikan kategori dengan sendirinya. Telemedicine, berarti kesehatan yang disampaikan melalui sarana elektronik, telah di jalan selama lebih dari satu abad - jika perawatan yang disediakan oleh telegraf dan telepon dianggap. Namun, menjelang akhir abad lalu, ini muncul sebagai sistem pengiriman dengan potensi besar karena revolusi teknologi informasi, yang membuat dua arah, transmisi audio visual mungkin biaya yang wajar. 

The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control.


Pandangan yang diungkapkan oleh Hjelm, arahkan ke kesulitan (yang tidak dapat cukup disajikan di sini) telemedicine yang dihadapi, mengakibatkan banyak kekurangan. Ini memiliki jalan panjang untuk pergi sebelum dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Salah satu kesulitan penting adalah bahwa banyak aplikasi telemedicine belum dikembangkan, dievaluasi dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah sakit, sebelum penerapan sistem jarak yang lebih jauh.P


Kesimpulan

Seperti disebutkan, teknologi informasi dan e-health memiliki potensi besar. Penelitian dan pengembangan penelitian, bagaimanapun, diperlukan dalam menilai implikasi sempit dan lebih luas dari aplikasi TI. Ini tidak bisa dibiarkan penggemar IT saja, baik kepada para politisi baik-informasi yang kurang atau profesional kesehatan. Aplikasi harus, dalam pikiran saya, akan dibangun secara bertahap dengan dimulai dari proyek percontohan skala yang lebih kecil. Pada tahap selanjutnya dan setelah penilaian hati-hati, implementasi skala yang lebih besar mungkin tepat. Nasional dan internasional, ada kebutuhan untuk aksi bersama dalam mengembangkan standar (untuk mencapai kompatibilitas) dan kerangka etika.


Dari perspektif Rumah Sakit International Federation, kami telah mencatat, dengan kejutan dan kepuasan, bahwa website kita sendiri, http://www.hospitalmanagement.net, telah mencapai audiens yang lebih besar dari yang diharapkan. Dalam waktu kurang dari setahun setelah awal, sekitar 550, 000 hits per bulan (November 2001) dan beberapa 1000 rapat kerja sehari, telah direkam. Kami mengakui, oleh karena itu, website ini sebagai alat yang ampuh dalam mencapai anggota, calon anggota, industri dan masyarakat. Menjalankan website kami tergantung pada iklan. Mengingat bahwa banyak yang mengklaim ada pertumbuhan dalam kesehatan yang berhubungan dengan e-commerce serta peningkatan penghematan biaya dalam penggunaan fasilitas e-commerce, kami berharap dan percaya diri dalam pengembangan masa depan website kami.


  • Detmer D. Transforming Health Care in the Internet Era. World Hospitals and Health Services. 2001;37:2. [PubMed]
  • Hjelm M. Making Telemedicine an In-patient. Hospitals International. 2001;37:2.




Tinja tergantung dari sudut mana kita melihatnya, bisa merupakan berkah juga bisa malapetaka. Setiap hari seseorang membuang tinja seberat 125 – 250 gram. Jika sekarang ada 100 juta orang tinggal di wilayah perkotaan, maka kawasan perkotaan tersebut menghasilkan sekitar 25 ribu ton tinja.

Menurut data Bank Dunia, masyarakat Jakarta membuang tinja sekitar 714 ton setiap harinya dan buangan urine sekitar 7000 m3. Buangan tinja tersebut, ada yang mengendap di dalam tanah dan ada pula yang dibuang di sungai-sungai. Jika dikelola sebagai kompos dan pupuk cair maka tinja dan urine ini merupakan berkah karena merupakan potensi yang besar dan berkelanjutan. Tetapi jika tidak dikelola merupakan malapetaka yang siap menggerogoti perekonomian dan kesehatan masyarakat. Berikut ini adalah beberapa dampak dari 4 kandungan yang dimilikinya :

1.Mikroba
Sebagian di antaranya merupakan mikroba patogen seperti, bakteri Salmonela Typhi (penyebab demam tifus), bakteri Vibrio Cholerae (penyebab kolera, hepatitis A, dan polio). Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koil-tinja.
Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi.

Tifus mencapai 800 kasus/100.000 penduduk, tertinggi di seluruh Asia. Diare mencapai 300 kasus/1000 penduduk. Polio masih dijumpai di Indonesia walau di negara lain sudah sangat jarang.

2.Materi Organik
Sebagian merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna. Dapat berbentuk karbohidrat, protein, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200 – 300 mg BOD5.

Sekitar 75% sungai di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi tercemar berat oleh materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai Ciliwung memiliki BOD5 40mg/L, empat kali lipat dari batas maksimum sebesar 10 mg/L. Kandungan BOD yang tinggi mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna hitam.

3.Telur Cacing
Orang yang cacingan, akan mengeluarkan tinja yang mengandung telur-telur cacing. Banyak cacing yang bisa ditemukan di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, dan cacing tambang. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak di perut orang lain.

Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70% dari balita.

4.Nutrien/hara untuk pupuk
Umumnya merupakan senyawa nitrogen dan fosfor yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedang fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat sebesar 30 mg. Satu liter unine mengandung lebih dari 30 mg urea.

Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang. Akibatnya, warna air jadi hijau dan ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan air lainnya mati. Fenomena yang disebut Eutrofikasi ini mudah dijumpai di waduk, danau, atau balong-balong.

Sangat ideal jika penanganan tinja dan urine ini dilakukan secara terpadu, dimulai dari skala perumahan hingga skala kota kecil dan skala kota besar.





Bagaimana pendapat kalian teman2?

Oleh: H. Supli Effendi Rahim

Hamba Allah, dosen dan peneliti FP dan PPS UNSRI, sup_effendi@yahoo.co.id                            HP +6282184824570 Komplek Bukit Sejahtera Blok DM 99 RT 56 Bukit Lama Palembang 30139 Indonesia Telp +62 711 441140 Palembang, 2007
 Video: http://www.youtube.com/watch?v=43t8bFztUuA


PENGANTAR
Panen hujan bukan hal baru. Pemanfaatan air hujan untuk kehidupan manusia diyakini  sama tuanya dengan kedatangan manusia pertama dani bumi. Suatu referensi terbaik  dan terlengkap tentang proses terjadinya dan manfaat air hujan bagi kehidupan manusia tertulis dalam firman Tuhan (Al-qur’an) sejak 1400 tahun yang lalu.
Penulis dilahirkan dan dididik dari keluarga petani di salah satu desa kecamatan  Seginim kabupaten Bengkulu Selatan Bengkulu. Ayah penulis bernama H. A. Rahim dan  ibu Hj. Rahina. Keluarga seperti itu sangat memahami makna air sebagai rahmat Tuhan  Yang Maha Pemberi Rezeki. Bila tanpa air (sering diuji dengan kemarau panjang) maka  dengan sendirinya rezeki menjadi berkurang baik dalam jumlah dan keberkatannya.  Perkenalan dengan al-qur’an surat al-ambiya ayat 30 yang berbunyi: ”Kami jadikan  semua yang hidup dari air, mengapa kamu tidak mau beriman”, menjadikan penulis semakin memahami ”harga” air hujan – tidak ternilai.
Sejak masih menyewa dari bedeng ke bedeng di dasa warsa 70-an hingga 90-an penulis  mempunyai cita-cita untuk memiliki sebidang tanah di manapun berada untuk dibangun  sistem panen hujan. Sistem panen hujan yang dimaksud adalah sistem yang dibangun  untuk menampung semua air hujan yang jatuh pada lahan pekarangan dan rumah.  Alhamdulillah pada tahun 1998 bulan Agustus penulis dipertemukan dengan tetangga di  luar tembok luar kompleks tempat penulis tinggal 5 tahun sebelumnya. Dia menawarkan lahan rawa persis di berbatasan tembok kompleks Bukit Sejahtera.
Setelah dicapai saling pengertian dan perjuangan panjang (karena uang terbatas) maka  lahan rawa dengan luas 1.440 m2 itu resmi menjadi milik keluarga. Lahan ini mulai ditata.  Prinsip “tidak menimbun bila tidak menggali” mulai diterapkan. Rawa yang semula  ditanam padi itu pada bagian tertentu digali lalu tanahnya ditimbunkan di bagian yang  lainnya. Mimpi penulis ingin membangun rumah panen hujan mulai timbul dan tumbuh  dengan subur. Pembangunan rumah tersebut memperoleh pinjaman lunak dari Bank Sumsel Syariah Palembang.
Langkah awal yang lakukan adalah menggali kolam di bagian timur (disepakati sebagai bagian depan) dan di bagian barat (disepakati sebagai bagian belakang). Di bagian timur penulis rancang sebagai kolam
(a) semua air atap ditampung
(b) dari dak palsu disalurkan dengan dengan dak palsu pipa ke penyaringan
(c) air hujan ditampung ke kolam renang
(d) hujan yang jatuh di halaman ditampung di kolam depan rumah penampungan air hujan dari seluruh lahan. Luas kolam ini dirancang berukuran panjang 30 m dan lebar 12 m (25% dari luas lahan). Di bagian belakang adalah kolam penampungan air (belakangan dijadikan kolam renang) yang berasal dari sebagian besar atap rumah. Kolam renang ini berdimensi panjang 7 m lebar 5 m (2,5% dari seluruh luas lahan). Daerah yang ditimbun selanjutnya ditanami sejumlah jenis tanaman – pisang, ubikayu, sukun, kelapa, mangga, durian, pepaya dan sebagainya.

Gambar 1. Rumah panen hujan dengan pendekatan terpadu.
Sekeliling bangunan dibuat dak palsu sebagai “talang”. Alhamdulillah ¾ atap rumah sudah diarahkan saluran pengaliran air hujan menuju “cikal bakal” kolam renang. Sisa atap yang sudah dibuat talang berupa dak palsu sudah dibuat pipa penyalurannya tetapi masuk ke kolam di depan rumah. Setiap terjadi hujan lebat air hujan yang jatuh di bagian atap sebelah belakang rumah mampu menghasilkan air pengisi kolam renang puluhan meter kubik. Sedikitnya sekitar 6 sampai 10 meter kubik air bersih tertampung dalam kolam ini setiap kejadian hujan. Kolam yang bisa menyampung 40 m3 itu penuh dalam beberapa kali hujan lebat. Jumlah itu menghemat rekening ledeng hingga Rp 300 ribu per bulan bahkan lebih besar dari jumlah itu.
TANGKI AIR BERMETER, SEBAGAI BAGIAN PANEN HUJAN
Ada yang unik dengan pembangunan sistem panen hujan pada rumah penulis di Komplek Bukit Sejahtera blok DM 99 RT 56 Bukit Lama Palembang 30139 Indonesia. Pertama, tangki tersebut yang dirancang bersama antara penulis dan James Miller (James adalah yunior penulis dari University of Cranfield Inggrisn – diundang sebagai tenaga volunter dari Silsoe Aid For Appropriate Dvelopment – SAFAD). Keunikan
Gambar 2. Tangki air bermeter
Pertama adalah meter penunjuk ketinggian muka air dalam tangki. Kedua, bentuk tangki yang bulat dan panjang – mirip peluncur satelit). James menyarankan banyak hal tentang desain tangki. Penulis juga melakukan yang sama. Namun, tukang kepercayaan penulis sudah sangat pengalaman dan bila mereka (dua orang) tidak setuju maka akan dibantahnya dan dicarikan alternatif yang dianggap paling baik. Pembuatan meteran pembaca tinggi muka air berbeda dengan saran semula yakni disatukan dengan pipa penyaluran air. Dengan menggunakan elbow dan selang trasparan serta paku clamp dibuatlah meteran tersebut. Alhamdulillah fungsinya baik dan enak dilihat. Bentuk tangki air hujan yang bulat dan panjang menjadi daya tarik tersendiri.
Yang Menarik bahwa meskipun diameternya hanya 2 m dan tingginya 3 m tetapi isinya bukan 6 m3 melainkan sekitar 10 m3. Ini menambah kekaguman penulis kepada sang pencipta jagad raya yang semuanya berbentuk bola dengan demikian luas permukaannya luas dan isinya banyak. Meski bumi dianggap planet yang berukuran “kecil” dibanding dengan kebanyakan planet lain dalam tata surya matahari kita namun karena bentuknya seperti bola maka diyakini bahwa dalam waktu lama bumi tak akan penuh dengan manusia. Bumi bisa mendukung kehidupan manusia sampai i jumlah sebanyak-banyaknya. Insya-Allah. Sejak terbangunnya tangkii bermeter ini penulis semakin ingin mengajak semua pihak untuk menerapkan sistem panen hujan tersebut di manapun. Tidak urung kepala Dinas Pendidikan kota Palembang pernah menyatakan kepada penulis tentang niat beliau untuk membangun sistem panen hujan pada sekolah-sekolah yang ada di kota Palembang. Penulis waktu itu menjawab: “siap pak, kami akan bantu”.
KEUNTUNGAN MENERAPKAN SISTEM PANEN HUJAN
Semua kita termasuk penulis masih senang dengan fadhilah sesuatu amalan. Bila seseorang beriman maka selanjutnya dia beramal shaleh. Kalau tidak maka imannya akan rusak. Karena orang beriman mirip dengan sebatang pohon yang rindang dan kuat akarnya. Pohon seperti itu harusnya menghasilkan buah yang disenangi lingkungannya – manusia, binatang dan sebagainya. Buah ini sama dengan amal shaleh. Amal shaleh yang benar harus dilengkapi dengan upaya saling berwasiat tentang kebaikan dan saling berwasiat tentang kesabaran. Jadi tidak lengkap bila hanya dengan memenuhi kebutuhan sendiri- tidak mengajak orang lain. Panen hujan bukanlah hal sulit, yang penting ada kemauan. Orang yang memahami dengan baik fadhilah sesuatu perbuatan tentu tidak dengan serta merta pasti akan mengamalkannya (menerapkan teori yang ada padanya). Upaya sosialisasi atau pemberian pelatihan tentang sistem panen hujan di rumah-rumah merupakan awal yang baik. Bila telah tumbuh kesadaran bahwa panen hujan merupakan pekerjaan mulia – baik untuk diri sendir maupun lingkungan maka diyakini orang akan mengadopsinya. Maka bila semua penduduk sudah banyak menerapkan sistem panen hujan tidak saja ia akan memperoleh air hujan yang berkualitas tetapi dapat terjadi pengurangan banjir di sekeliling tempat tinggalnya.
Bagaimana sistem panen hujan bisa mengurangi banjir? Banjir yang dapat dikurangi dengan sistem panen hujan tentunya banjir yang hanya disebabkan oleh air hujan. Banjir karena limpahan air sungai akibat pasang atau banjir kiriman tidak dapat diatasi dengan panen hujan. Ambil contoh pada areal lahan seluas 1500 m2. Pada areal seluas itu bila terjadi hujan selama 1 jam dengan intensitas 50 mm/jam. Bila semua areal lahan itu kebanyakan merupakan areal kedap air- atap, pelataran dari semen, jalan aspal maka nilai karakteristik tangkapan (catchment characteristic, cc = 0,90). Dengan demikian jumlah air yang terakumulasi dari areal lahan tersebut = 1500 x 0,90 x 50 x 0,001 m = 67,5 m3. Bila ada sistem panen hu jan dalam bentuk kolam renang, tangki dan kolam ikan maka air dalam jumlah tersebut tidak akan membanjiri areal lahan. Bila dari atap seluas 250 m2 semuanya masuk ke tangki dan kolam renang maka berarti air hujan yang terpanen adalah sebanyak 1/6 x 67,5 m3 = 11,25 m3. Bila hujan dua kali dari intensitas semula maka air hujan dengan kualitas baik yang bisa disimpan adalah 22,5 m3. Jumlah ini sama dengan 6 tangki air PDAM. Bila 1 tangki harganya Rp 100 ribu maka keuntungan dari menampung air sama dengan Rp 600 ribu. Angka ini hanya menggambarkan kesyukuran kita pada-Nya.
Hujan yang dipanen secara baik dan berkala di rumah sendiri, perkantoran, pasar, mesjid dan tempat-tempat lainnya akan banyak selali memberi keuntungan. Keuntungan seperti ini tentu saja berdimensi waktu yang lama namun memberikan banyak manfaat – ekonomis, sosiologis, teologis dan ekologis. Secara ekonomis sudah tidak bisa diragukan lagi. Air hujan memberikan keuntungan yang berlapis dan efeknya multi. Dengan banyaknya air – ikan dan tanaman produksinya berlimpah. Air hujan yang ditampung di kolam bisa disaring dengan ijuk-pasir-arang-pasir-koral, hasilnya dimanfaatkan untuk mandi, cuci, siram tanaman dan cuci kendaraan serta halaman rumah.
Tampungan air berbentuk kolam berfungsi sebagai objek wisata yang alami. Pohon di sekitar kolam yang rindang mengundang satwa dengan bunyi yang bermacammacam. Ada kolam berarti memungkinkan dibangunnya air mancur dan/atau air terjun.
Kondisi seperti ini menjadikan penghuni rumah nyaman- serasa seperti tinggal di dekat bukit/ngarai alami. Air berisik dan terkadang ikan melompat-lompat seperti ingin bermain di sekitar jatuhnya air.
Meminta orang sekitar untuk menangkap ikan dengan cara tradisional – menggunakan waring besar seperti pukat harimau – memberikan pelajaran berharga kepada penulis dan keluarga. Tiga empat orang kepercayaan sejak lama menangkapkan ikan pada kolam di halaman rumah yang berdimensi cukup luas dan dalam itu. Tanpa ada perjanjian berapa ongkos untuk “bekarang” ikan itu mereka secara sungguh-sungguh dan sabar menangkap ikan- tidak peduli dingin atau panas matahari. Memang banyak ikan yang berhasil ditangkap. Sayang mereka melewatkan sholat zuhur dan bahkan ashar. Pada saat salah seorang terkena sengatan listrik karena saat terakhir mereka merasa lelah penulis menyarankan memakai sistem “setrum”.
Menangkap ikan dengan menggunakan setrum listrik sesungguhnya tidak dianjurkan dari aspek apapun – berbahaya bagi penangkap ikan maupun bagi ikan itu sendiri. Bagi penangkap bahaya setrum listrik dapat terjadi melalui sebab yang beragam – ada kabel telanjang dan sebagainya. Waktu itu pernah satu orang kena setrum dan hampir mati. Pada saat itulah penulis “menggugah” hatinya dengan memberikan nasehat berupa jangan tinggalkan sholat, karena Allah masih memberi kesempatan anda hidup. Tanpa jawaban yang pasti kecuali dia ingin bersedekah tanda bersyukur bahwa dia masih hidup.
Pengalaman lainnya adalah bahwa ada jenis ikan yang tidak tahan dengan himpitan derita sewaktu di-“rumah”kan sementara pada bak air berukuran 2 m x 1 m x 1 m. Banyak ikan kecil dan jenis tertentu yang mati. Ikan yang disetrum juga mati, tetapi ada jenis tertentu yang tidak mati. Terangkatnya ikan-ikan dan udang kecil tanpa diambil “pemilik” kolam menjadikan penulis sempat merenung sebagai “pelajaran” dari Tuhan. Permisalan dari kejadian ini adalah bahwa pemimpin umat semestinya “bijak” karena sepak terjang mereka banyak membuat “sengsara” masyarakat kecil. Sangat sering terjadi di sekitar kita bahwa para pemimpin sepertinya “akor-akor” tetapi pengikut mereka saling membunuh.

Gambar 4. (a). kolam penampungan air hujan yang menjadi kolam ikan ; (b) Ikan belida seberat 1 kg; (c) ikan patin 3 kg dan ikan seluang berukuran jumbo; (d) udang gala
Pelajaran lainnya yang dapat dipetik dari kolam adalah bahwa limbah domestik dari dapur ternyata tidak “mencemari” kolam yang jumlah airnya hampir 800 m3 itu. Pelajaran ini mungkin merupakan “amsalu” dari ayat al-qur’an yang menyatakan bahwa perbuatan dosa dapat “dilebur” oleh adanya “danau” kebaikan. Bahkan kedatangan  “limbah” yang kotor dan jorok itu (dua hari sekali) disambut oleh udang berbagai ukuran dan jenis, siput air, serta ikan berbagai jenis dan ukuran. Gudang tempat air dan limbah itu ternyata sejak lama telah Allah “sulap” menjadi rumah udang gala, ikan, siput dan sebagainya. Tidak kurang ribuan kilogram biomassa yang lezat dan menyehatkan itu telah membuktikan firman Tuhan “kami_jadikan_semua_yang_hidup_dari_air” itu.
“Betapa mulianya Engkau wahai Yang Maha Mulia”, penulis sering bergumam. Bayangkan ikan, udang dan siput yang sering diberi hidangan -yang busuk-busuk, basi dan tidak pernah akan dikonsumsi kembali oleh “manusia” yang mengklaim dirinya mulia itu – tumbuh dan berkembang biak dengan aneka warna dan ukuran. Ikan patin ada yang berukuran 3 kg, gurami sekitar 2 kg, ikan seluang yang lebih besar dari saudaranya di sungai-sungai, udang gala dan sebagainya. Tetangga dan para penangkap ikan bergembira dengan kehadiran ikan dan udang itu di rumah mereka. Ikan seluang menurut salah seorang tetangga baru satu kali ini berukuran “jumbo”.
“Subhanallah”. Melalui kebaikan Engkau ya Allah, biomassa yang tadinya busuk itu kami makan dengan lezatnya. Ini sama dengan pepatah yang mengatakan “keburukan dibalas dengan kebaikan”. Lezatnya udang dari kolam “serba guna” di halaman rumah penulis itu sempat dimakan dengan lahapnya oleh James Miller, tamu kami yang mengundang barokah Allah yang banyak.
BAGAIMANA KUALITAS AIR HUJAN DAN KOLAM?
Penulis telah melakukan analisis fisik, kimia dan biologis air hujan, air kolam dan air kolam yang disaring menggunakan saringan : ijuk_pasir_arang_pasir_koral_pasir_dan_batubata. Secara fisik, kimia dan biologis semua air hujan memenuhi syarat kesehatan sebagai minum, sedangjkan air kolam yang dijadikan kolam ikan tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk air minum. Analisis fisik-kimia-dan-biologis air dilakukan pada Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Palembang melalui kebaikan mitra penulis meliputi Birmansyah dan Heri (S2 Pengelolaan Lingkungan PPS Unsri) serta Amar Muntaha (Kandidat S3 Ilmu Lingkungan PPS Unsri).
PENUTUP
Membangun rumah sistem panen merupakan bentuk kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Bersyukur. Dari konteks apa hal itu dikatakan bersyukur. Secara hakikat, semua yang di atas permukaan langit dan bumi serta apa-apa yang ada didalamnya bertasbih kepada Tuhan mereka. Tasbih mereka itu paling tidak adalah “subhanallah” (maha suci allah – tanpa kekurangan satu apapun jua). Hujan sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan tentu bertasbih. Nah bila hujan “bertamu” ke halaman, ke atap atau ke atas lahan pertanian kita maka sebaik-baik “tuan rumah” adalah mereka yang melayani “tamunya” dengan baik. Allah sangat senang yang memuliakan tamu karena hal itu adalah bagian dari tanda syukur kepada-Nya.
Penulis berkeyakinan bahwa dengan kesyukuran di atas maka Allah telah menganugerahkan banyak sekali rezeki – melalui upaya panen hujan – pohon buah tumbuh subur, banyak burung yang datang dengan suara yang merdu, ikan dan udang beraneka-ragam, ditambah banyak tamu yang berkunjung dan sebagainya. Pemilik rumah dan rumah itu sendiri sering dipotret oleh wartawan dan gambarnya dimuat di harian, majalah, televisi dan sebagainya. “Maka nikmat mana lagi yang masih kamu dustakan?”. QS surat ar-rohman. Mari kita tunaikan tugas kita dengan baik – sebagai khalifah, hamba Allah dan da’i ilallah.
Bila anda punya ilmu pengetahuan dan teknologi tentang apa saja maka yang penting adalah bagaimana ilmu yang diperoleh itu disyukuri dengan jalan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan sistem panen hujan ini setelah anda paham maka penulis ingin mengajak untuk menerapkannya. Mulailah dari yang kecil, mulailah sekarang dan anjurkanlah kepada orang lain. Di sini akan berlaku ilmu yang bermanfaat dan amal jariah. Wassalamu alaikum, walhamdulillahirabbil ‘alamin.
Penulis,
H. Supli Effendi Rahim; Desember 2007; zulhijjah 1428 H Dedicated sincerely to my lates mother and father in_law: Hj Umi Kalsum, H. Damiri Rais, grand fathers Merinsan & Hamzah, grand mother Muntianan & Nurmima, Father H. Rahim, mother Hj. Rahina, sister Asmiti: last not least my wife Dr. Hj. Nurhayati & all children; my adopted father & mother H. Rohimi & family; bothers and sisters; all of my teachers in Palembang, Bengkulu and Bedford England.

RUMAH PANEN HUJAN ATAU RUMAH LESTARI

Oleh: H. Supli Effendi Rahim
Sumber: http://suplirahim.multiply.com/

Sejak pendidikan di Inggris pada era 1980-1990 saya banyak merenung dan merenung. Salah satu renungan saya kala itu adalah bahwa Inggris mempunyai curah hujan yang relatif rendah yakni sekitar 700 mm per tahun. Jumlah ini hanya sekitar 25% dari apa yang dianugerahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Di negara kita curah hujan tahunan berkisar antara 1500 mm di bagian timur dan dapat mencapai 4500 mm di bagian barat Indonesia.
Dengan curah hujan yang jauh lebih rendah dibandingkan curah hujan negara kita ternyata Inggris jarang mengalami kekurangan air bersih (air ledeng). Selidik punya selidik ternyata mereka sudah mengerti dengan pesan dari langit – Tuhan. Meskipun mereka juga dikenal dengan negara “godless country” tetapi dalam konteks ini mereka memahami pesan Tuhan mereka – bersyukur dengan pemberian Tuhan. Tuhan memberi mereka curah hujan yang mencukupi. Mengapa bisa mencukupi?
Ternyata mereka memanen hujan antara lain dalam bentuk “runoff harvesting” (panen air limpasan). Di mana-mana dibangun danau buatan. Dengan danau yang berukuran raksasa yang menyebar di seluruh negeri maka kebutuhan air untuk irigasi dan untuk kebutuhan lainnya menjadi tercukupi. Air bersih yang mereka distribusikan kepada pelanggan juga didaur ulang sekian kali.
Kondisi kontras ternyata terjadi di tanah air kita. Kalau musim penghujan air hujan membentuk air bah (banjir). Sebaliknya di musim kemarau ketiadaan air untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) merupakan menjadi hal biasa. Dengan kondisi begini berarti tanaman dan hewan ternak tentu jauh dari kecukupan air. Banyak ternak, kolam ikan dan tanaman menjadi kekurangan air. Ironis bukan?
Beranjak dari kondisi itu saya berfikir dan bekerja keras. Yang saya lakukan adalah membangun opini di masyarakat tentang bagaimana mengubah fenomena banjir dan kekeringan ini tidak lagi menjadi fenomena derita. Walaupun tidak bisa meniadakan banjir dan kekeringan, tetapi saya ingin sekali banyak pihak menjadi sadar bahwa air yang dikirim ke bumi dari langit bukan laknat tetapi merupakan rahmat. Sebaliknya kekeringan di musim kemarau merupakan era di mana radiasi matahari merupakan sumber energi yang sangat baik untuk berlangsungnya fotosintesis. Dari proses ini dihasilkan banyak senayawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein. Yang dibutuhkan adalah khlorofil. Khlorofil terbentuk bila cukup air. Karena itu bila air ditampung selama musim hujan, maka akan banyak manfaatnya di musim kemarau.
Mencoba agar fenomera tersebut menjadi kenyataan saya diberi kesempatan oleh Allah, Tuhan yang maha kuasa untuk memodifikasi rumah sebagai ajang “kemarahan” saya dengan sulitnya meminta dukungan dari banyak pihak untuk membangun rumah panen hujan. Terus terang saya mempunyai uang terbatas yang tidak terbatas pada diri saya dan keluarga adalah semangat dan kasih sayang sesama. Pada tahun 1998. Saya menemukan lahan rawa di pinggir kompleks perumahan Bukit Sejahtera Palembang, tepatnya di sebelah rumah nomor DN 22, DN 23 dan DM 4. Lahan ini memanjang berukuran 59 m dan lebar 24 m. Luas lahan ini sekitar 1440 m2. Lahan ini memanjang dari timur ke barat.
Bagi saya lahan ini sangat tepat karena lahan ini merupakan tempat air (tangkapan) sewaktu musim penghujan. Untuk itu saya harus menggunakan prinsip “menggali bila ingin menimbun”. Alhamdulilah setelah lahan saya tata di mana untuk rumah di mana untuk kolam, maka di sepakati bahwa rencana bangunan rumah saya letakkan di bagian barat dan di bagian timur kolam ikan. Rencana rumah nantinya di bagian belakang akan dibangun kolam renang yang saya rencanakan berguna multi guna yakni sebagai sumber air untuk cuci pakaian, untuk penampungan air hujan dan kolam untuk mandi.
Kolam ikan di bagian timur juga saya akan gunakan dengan multi-guna yakni sebagai tempat penampungan ir hujan dari seluruh areal, tempat penampungan limbah domestik dan tempat membesarkan berbagai jenis ikan serta tempat rekreasi. Belakangan air kolam itu menjadi sumber air yang baik untuk cuci kendaraan dan sumber irigasi untuk tanaman.
Setelah enam tahunan berksperimen saya mulai “membangun” rumah panen hujan yang saya telah lama saya rencanakan. Rumah itu atapnya akan saya lengkapi dengan dak-dak palsu sebagai talang untuk penampungan air hujan. Nah tahun 2006 semua selesai dan air hujan ternyata dengan curah hujan gerimis sampai lebat akan terkumpul di kolam renang belakang rumah. Semua bisa mandi, tetapi ada sedikit yang tidak baik yakni rekening air ledeng saya tinggal 30 a/d 40 persen dibandingkan bila saya tidak mengunakan rumah panen hujan ini. Mudah2an tidak menjadikan teman2 di PDAM kecewa. Tetapi dalam fikiran saya bila ini ditiru jutaan rumah di seluruh tanah air dan bahkan dunia maka fenomena banjir dan kekeringan akan menjadi berkurang. Ok pembaca nanti saya akan cerita lebih lengkap. Wass.
videonya boleh ditengok di sini: http://www.youtube.com/watch?v=43t8bFztUuA

Rumah Panen Hujan

Oleh:  H. Supli Effendi Rahim

Suatu hari di akhir November 2009 saya mengundang mahasiswa S3 PPS Unsri untuk datang ke rumah kami di Poligon blok DM 99 Palembang. Tujuannya tidak lain adalah silaturahim sambil melakukan kuliah lapangan. Sejumlah 11 mahasiswa hadir kecuali satu orang pulang kampung ke padang. hadir juga dalam kongko-kongko di teras rumah istri saya itu sejumlah mahasiswa ekstension FT Unsri yang dibimbing oleh kandidat doktor Reni Yunan.
Pertemuan yang sederhana penuh canda itu dimulai dengan sambutan saya tuan rumah tentang rumah panen hujan.
Cerita dimulai dengan ungkapan bahwa saya sudah lama sekali memahami fenomena pengelolaan rawa yang ramah lingkungan dikaitkan dengan rumah panen hujan. Ada sejumlah latar belakang mengapa saya tertarik dengan pembangunan rumah panen hujan tersebut.
Pertama, negara kita – Indonesia – selalu mengalami peristiwa banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Berdasarkan hasil kajian atau analisis terhadap neraca air di kawasan bukit besar dan sekitarnya maka sangat jelas bahwa kawasan di mana rumah di bangun itu mengalami surplus positif pada bulan-bulan Oktober sampai April, sebaliknya surplus negarif pada bulan-bulan Mei sampai September.
Kedua, saya ingin sekali membangun rumah sebagai contoh kepada masyarakat luas yang memanen hujan dengan berbagai cara, selain itu juga dapat mengolah air limbah domestik. Sudah merupakan fenomena yang sangat menyedihkan pada waktu hujan lebat air mengalir bebas dan terkadang sempat membanjiri daerah sekitar, sedangkan pada musim kemarau kekeringan. Bila demikian maka ada kesan bahwa air menjadi tidak bermanfaat tetapi sering juga menjadi sumber mudarat.
Ketiga, Kalau masa sekarang atau masa yang akan datang konsep rumah panen hujan ini sudah menjadi budaya sebagian besar masyarakat di suatu DAS maka diyakini bahwa tidak saja bahaya banjir bisa dielakkan tetapi juga halaman rumah adalah sumber pendapatan keluarga sekaligus terkendalinya pencemaran lingkungan.
Atas dasar tiga hal itu di samping pertimbangan lain, saya dan keluarga bersepakat untuk membangun rumah rumah panen tersebut.
Pertama, dalam pembangunan itu dilakukan penataan ruang (spatial arrangement). Dari luas tanah yang dulunya adalah rawa dengan kedalaman genangan tertinggi adalah 30 cm direkam bahwa lahan itu pada awalnya adalah tempat peresapan air sebanyak 450 m3. Dari perhitungan neraca air yang merupakan penghitungan berapa air yang masuk, berapa yang keluar, dan berapa yang dapat ditampung dengan berabagai cara (tangki, sumur, kolam renang dan kolam ikan) diperoleh angka untuk pembangunan kolam ikan. Kolam ikan yang direncanakan mempunyai fungsi yang banyak antara lain penampungan semua air yang masuk kawasan itu (air hujan dan air limbah domestik). Disepakati bahwa kolam itu berdimensi 30 m x 10 m x 4 m atau mempunyai kapasitas tampung 1200 m3. Luas kolam ini lebih kurang 25% dari luas seluruh areal. Tanah dari hasil galian kolam itu selanjutnya digunakan untuk menimbun areal 75% dengan ketinggian sekitar 100 cm dibandingkan dengan ketinggian permukaan tanah alami.
(akan dilanjutkan)

JAWAB SOAL-SOAL BERIKUT DI BLOG MASING-MASING.

1.  Jelaskan apa yang dimaksud dengan ekosistem? rincikan ekosistem apa saja yang ada di bumi dan di sekitar anda... lengkapi dengan gambar

2. Apa yang dimaksud dengan nilai lingkungan? lengkapi dengan bagaimana mengkuantifikasi nilai lingkungan,

3.  Jelaskan jenis-jenis etika lingkungan yang anda ketahui. Jelaskan bagaimana strategi penerapan etika lingkungan itu

4.  Jelaskan mengapa menggunakan blogspot ini merupakan bukti komitmen bahwa kita mendukung perwujudan kebijakan pemerintah dalam e-government di sau sisi dan mengeksperisikan etika kita terhadap lingkungan. Lengkapi dengan arguimen ilmiahnya.

5.  Mengapa jejak ekologis itu merupakan gambaran apakah seseorang itu menyumbang terhadap kerusakan lingkungan atau tidak?

6.  Sudahkah anda membuat dan mengelola dengan baik? Nilai anda juga sangat ditentukan dengan pengelolaan blogspot anda



Dengan agama hidup jadi terarah, dengan iptek hidup jadi mudah dan dengan seni hidup jadi indah...gapai dan amalkan secara terpadu..jangan satu2...

Salam
Bismillah,

walau berubah itu harus, namun tidak mudah... be excellent

Sejumlah cara yang dapat dilakukan manusia yang berkaitan dengan etika lingkungan.

1. Konservasi : menjaga/membatasi sumber daya alam. 

Maksudnya, manusia harus menghilangkan pandangan bahwa bumi merupakan SDA yang tidak terbatas sehingga manusia dapat menggunakan seenaknya
  
2. Meyakini bahwa manusia merupakan bagian dari alam, dengan cara:

 a. Tidak mengeksploitasi SDA secara berlebihan
 b. Tidak merusak alam sekitar
c. Memperbaiki kerusakan SDA akibat eksploitasi berlebihan dan menyadari bahwa eksploitasi mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan

3.  Mendukung dan menjamin bahwa lingkungan dapat meneruskan fungsinya untuk kelangsungan hidup semua makhluk dengan menghormati alam

4. Mengelola sistem lingkungan dengan menggunakan ilmu dan tekhnologi yang ramah lingkungan


Menurut UU pengelolaan Lingkungan Hidup, peran dan fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup : 

a. Bertanggung jawab saat mengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup

b. Meningkatkan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup

c. Mengembankan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup

d. Menyebarluaskan informasi lingkungan hidup kepada masyarakat

e. Memberi penghargaan bagi orang yang berjasa dalam pengelolaan lingkungan hidup dan memberi hukuman bagi yang merusaknya

 Peran Organisasi/Institusi dalam pengelolaan lingkungan 

a. Memberikan pendidikan lingkungan hidup kepada masyarakat.

b. Meneliti masalah lingkungan hidup dan hasilnya disebarluaskan kepada masyarakat.

c. Mengontrol pemerintah dalam pelaksanaan UU pengelolaan lingkungan hidup.

d. Berperan aktif sebagai mitra regulator dalam memberikan informasi mengenai lingkungan hidup kepada masyarakat.

e. Membantu menyelesaikan masalah lingkungan hidup dalam masyarakat

 Peran  Individu dalam pengelolaan lingkungan

a. Mematuhi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

b. Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan.

c. Saling mengingatkan apabila ada yang melakukan kegiatan yang merusak lingkungan.

d. Menyayangi binatang dan tumbuhan sehingga terhindar dari kepunahan.

 Peran Pengelolaan Lingkungan dalam  keluarga 

a. Menanam dan memelihara tanaman di pekarangan rumah

b. Membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya

c. Memberikan tanggung jawab pada tiap angggota keluarga untuk membersihkan rumah secara rutin

Peranan dalam Lingkungan Pendidikan /Sekolah/Universitas

a. Pembahasan atau mengenai lingkungan hidup

b. Pengelolaan sampah

c. Penanaman pohon


Peranan di Lingkungan Masyarakat 

a. Membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara berkala

b. Memisahkan sampah organik dan anorganik

c. Melakukan gotong royong secara berkala

d. Mendaur ulang sampah yang dapay diperbaharui

 http://www.slideshare.net/iffahsulistyawatihartana/penerapan-etika-lingkungan
Sebagai makhluk hidup yang membutuhkan lingkungan, manusia memiliki kewajiban untuk menghormati, menghargai dan menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalam lingkungan. Mengapa? Karena manusia itu sendiri adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Manusia adalah bagian dari lingkungan. Perilaku positif manusia dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari sedangkan perilaku negatifnya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Etika manusia terhadap sesuatu adalah kebiasaan hidup yang baik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup yang baik sebagai manusia, perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku manusia untuk mengungkapkan, menjaga, dan melestarikan nilai tertentu, yaitu apa yang dianggap baik dan penting. Dengan demikian etika berisi prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan pegangan dalam menuntun perilaku.

Etika lingkungan hidup memfokuskan tentang  perilaku manusia terhadap alam serta hubungan antara semua kehidupan alam semesta. Etika lingkungan (etika ekologi) adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Prinsip etika lingkungan adalah: semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.

 Etika Lingkungan berasal dari dua kata, yaitu Etika dan Lingkungan. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Ada tiga teori mengenai pengertian etika, yaitu: etika Deontologi, etika Teologi, dan etika Keutamaan. Etika Deontologi adalah suatu tindakan di nilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika Teologi adalah baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat suatu tindakan. Sedangkan Etika keutamaan adalah mengutamakan pengembangan karakter moral pada diri setiap orang.
  
              Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
  
              Etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.

                 Etika lingkungan dapat dikategorikan kedalam etika pelestarian dan etika pemeliharaan.  Etika pelestarian adalah etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia, sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan lingkungan untuk kepentingan semua mahluk. Etika lingkungan dapat dibedakan menjadi etika lingkungan dangkal (shallow environmental ethics), etika lingkungan moderat (moderate environmental ethics) dan etika lingkungan dalam (deep environmental ethics). Di sini hanya akan dibicarakan yang pertama dan yang ketiga. Karena yang kedua merupakan peralihan antara yang pertama dabn yang kedua.

Etika Lingkungan Dangkal (Shallow environmental ethics)

Etika lingkungan dangkal merupakan pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan fungsi lingkungan sebagai sarana penyelenggaraan kepentingan manusia dan bersifat antroposentris. Etika lingkungan  dangkal biasa diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu pengetahuan mekanistik. Dalam hal ini, alam hanya dipandang sebagai alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Pokok-pokok penekanan dalam etika antroposentris adalah sebagai berikut.
  • Manusia terpisah dari alam.
  • Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab manusia.
  • Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
  • Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
  • Norma utama adalah untung rugi.
  • Mengutamakan rencana jangka pendek.
  • Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk khususnya di negara miskin.
  • Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.
Jenis etika antroposentris.
  1. Etika antroposentris yang menekankan segi estetika alam (etika lingkungan harus dicari pada kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika).
  2. Etika antroposentris yang mengutamakan kepentingan generasi penerus (mendasarkan etika lingkungan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia).
Tokoh: Eugene Hargrove dan Mark Sagoff.

Etika Lingkungan Dalam (Deep Environmental Ethics)

Dalam pandangan etika ini, alam sesungguhnya  memiliki fungsi kehidupan, patut dihargai dan  diperlakukan dengan cara yang baik (etika lingkungan ekstensionisme atau preservasi). Karena alam disadari sebagai penopang kehidupan manusia dan seluruh ciptaan. Untuk itu manusia dipanggil untuk memelihara alam demi kepentingan bersama, kepentingan manusia dan kepentingan alam itu sendiri.
Berikut adalah hal-hal yang ditekankan dalam etika lingkungan.
  • Manusia adalah bagian dari alam
  • Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang
  • Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenang-wenang
  • Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk
  • Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai
  • Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati
  • Menghargai dan memelihara tata alam
  • Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem
  • Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.
Jenis-jenis etika lingkungan dalam.
  1. Etika Neo-Utilitarisme. Etika ini merupakan pengembangan etika utilitarisme Jeremy Bentham yang dipelopori Pete Singer yang menekankan kebaikan untuk semua sehingga kebaikan etika lingkungan ditujukan untuk seluruh mahluk.
  2. Etika Zoosentrisme. Etika ini menekankan perjuangan hak-hak binatang (pembebasan binatang) dengan tokoh  Charles Brich. Menurut etika ini, binatang memiliki hak menikmati kesenangan karena mereka dapat merasa senang dan harus dicegah dari penderitaan dan menjadikan rasa senang/penderitaan binatang sebagai salah satu standar moral.
  3. Etika Biosentrisme. Etika ini  menekankan kehidupan sebagai standar moral dengan salah satu tokohnya adalah Kenneth Goodpaster. Hal yang dijadikan tujuan bukanlah rasa senang atau menderita tetapi kemampuan atau kepentingan untuk hidup. Dengan menjadikan kepentingan untuk hidup sebagai standar moral, maka yang dihargai secara moral bukan hanya manusia dan hewan, melainkan seluruh makhluk hidup yang ada.
  4. Etika Ekosentrisme. Etika ekosentrisme menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap individu mamiliki keterkaitan satu sama lain secara mutual dan memandang bumi sebagai suatu pabrik terintegrasi berisi organsime yang saling membutuhkan, saling menopang dan saling memerlukan. Kematian dan kehidupan haruslah diterima secara seimbang. Hukum alam memungkinkan mahluk saling memangsa diantara semua spesies. Ini menjadi alasan mengapa manusia boleh memakan unsur-unsur  yang ada di alam, seperti binatang maupun tumbuhan. Menurut salah satu tokohnya, John B. Cobb, etika ekosentrisme mengusahakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam ekosistem.
  5.  Hak Asasi AlamMakhluk hidup selain manusia tidak memiliki hak pribadi, namun makhluk hidup membutuhkan ekosistem atau habitat untuk hidup dan berkembang.Makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan juga mempunyai hak, meskipun mereka tidak dapat bertindak yang berlandaskan kewajiban. Mereka ada dan tercipta untuk kelestarian alam ini. Maka mereka juga mempunyai hak untuk hidup. Hak itu harus dihormati berdasar prinsip nilai intrinsik yang menyatakan bahwa setiap entitas sebagai anggota komunitas bumi bernilai. Dengan demikian, pembabatan hutan secara tidak proporsional dan penggunaan binatang sebagai obyek eksperimen tidak dapat dibenarkan.
Beberapa prinsip yang dapat menjadi pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia dalam berhadapan dengan alam.
  1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature). Hormat terhadap alam merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Setiap anggota komunitas ekologis, termasuk manusia, berkewajiban menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies serta menjaga keterkaitan dan kesatuan komunitas ekologis.
  2. Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility For Nature). Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap alam semesta (isi, kesatuan, keberadaan dan kelestariannya).
  3. Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity). Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian yang menyatu dari alam semesta dimana manusia sebagai makhluk hidup memiliki perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.
  4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam (Caring For Nature). Manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi yang muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.
  5.  Prinsip tidak merugikan alam secara tidak perlu,
  6.   Prinsip hidup sederhana dan selaras dengan alam 
  7. Prinsip keadilan 
  8. Prinsip demokrasi 
  9.  Prinsip integritas moral
dari berbagai sumber

 http://blogs.itb.ac.id/sholihah/2011/08/24/etika-lingkungan/
 http://firmandepartment.blogspot.com/2011/12/makalah-etika-lingkungan.html
Pertama, agama dengannya hidup kita jadi terarah
kedua, iptek dengannya hidup jadi lebih mudah
ketiga, seni dengannya hidup jadi indah


Oleh
H. Supli Effendi Rahim
Dosen FP Unpal, PPS Unsri dan PPS Bina Husada

Assalamu alaikum wr wb,

Dengan tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, mari kita selalu memperbaiki dan menjaga akhlaq kita kepada pencipta kita, kepada sesama dan kepada lingkungan hidup kita. Ini semua merupakan manifestasi tingkat keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt pemilik, pencipta, pemelihara alam semesta dan juga kita semua. Selawat dan salam mari kita selalu kirimkan, lafazkan dan ikrarkan setiap saat sebagai bukti kita berterima kasih kepada nabi kita, nabi akhir zaman, manusia besar sepanjang zaman yang banyak pengorbanannya kepada agama, kepada umat ini, sehingga kita dianugerahi nikmat yang terbesar di antara nikmat-nikmat lainnya yakni iman dan islam.

Bapak-bapak, saudara-saudaraku yang saya cintai,

Belakangan kita terkejut dan hampir tidak percaya bahwa banyak sekali cobaan, musibah dan ujian dalam kehidupan kita sebagai manusia, sebagai umat dan sebagai bangsa. Belum lepas dari ingatan kita dari banjir yang menggenangi rumah-rumah kita, jalan-jalan kita dan bahkan harta dan barang berharga milik kita, kita dikejutkan dengan hilangnya puluhan bahkan ratusan penduduk negeri ini melalui peristiwa kecelakaan jalan raya di banyak tempat di tanah air. Dari kecelakaan-kecelakaan lalu lintas itu terbanyak disebabkan kelengahan manusia yakni rem blong. Setelah banjir dan kecelakaan itu menyusul lagi pembunuhan sadis, dalam bentuk mutilasi. Istri memutilasi suami atau sebaliknya suami memutilasi istri.  

Akhlaq kepada Allah   

Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini
mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita
bahwa Allah lah yang pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak.

Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

Diantara akhlak terhadap Allah SWT adalah:


1.   Taat terhadap perintah-perintah-Nya.
Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT,
adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia
tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada
dirinya. Allah berfirman (QS. 4 : 65):

 “Maka demi Rab-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemdian mrekea tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Karena taat kepada Allah merupakan konsekwensi keimanan seoran muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya
keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di
atas dengan bersabda:

 “Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-syaibani).

2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya.
Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki
rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya. Karena pada hakekatnya,
kehidupan inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya, seorang
mukmin senantiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu
merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban dari Allah. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:

Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda,
"Setiapkalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan
pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami
merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan
juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang
hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas
apa yang dipimpinnya." (HR. Muslim)

3. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT.
Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah ridha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika
ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang tidak
mampu, bentuk fisik yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Karena
pada hakekatnya, sikap seorang muslim senantiasa yakin (baca; tsiqah) terhadap
apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa
keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:’

" sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala
urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia
bersyukur, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal
tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya."  (HR. Bukhari)
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap
sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik
justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki
kebaikan bagi diri kita.

4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya.
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika
kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam ‘kelupaan’ sehingga berbuat
kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam
Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 3 : 135) :

"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya  diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah,  lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui."

5.  Obsesinya adalah keridhaan ilahi.
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan
beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia.
Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut, ‘terpakasa’ harus
mendapatkan ‘ketidaksukaan’ dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:

"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari
keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan
kebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.
Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya
tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai
tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.

6.  Merealisasikan ibadah kepada-Nya.

Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT
adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat
mahdhah, ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada
hakekatnya, seluruh aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an Allah berberfirman (QS. 51 : 56):

 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya
merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah
tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa haji dan
sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat
ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hukum
Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan
oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada
umumnya.

7.   Banyak membaca al-Qur’an.
Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah adalah
dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan
firman-firman-Nya. Seseeorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak
dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT,
tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan
membaca firman-firman-Nya. Apalagi menakala kita mengetahui keutamaan membaca
Al-Qur’an yang dmikian besxarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
mengatakan kepada kita:

 "Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya." (HR. Muslim)

Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik.
Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut, maka
Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits
lain, Rasulullah SAW bersabda:

"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang membaca
Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat  (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR. Bukhori Muslim)


Akhlaq yang berhubungan dengan sesama manusia dan sesama muslim

1.  Memenuhi janji ( al Isra : 34, an Nahl : 91, Al Maidah :1, As Shaff : 2-3)
2.  Menghubungkan tali persaudaraan (An Nisa : 36, )
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang ingin dilapangkan untuknya rizkinya dan diakhirkan untuknya dalam ajalnya maka hendaklah menyambung tali silaturahimnya.” ( HR.Bukhari-Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. dia berkata “Rahim itu digantung diatas ‘Arsy, dia berkata: “Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya.” (HR.Bukhari-Muslim)
3.  Waspada dan menjaga keselamatan bersama (Al Maidah : 2, Al Asr:1-3)
4.  Berlomba mencapai kebaikan (Al Baqoroh: 148, Ali Imron : 133)
5.  Bersikap adil (an Nahl : 90, Al Hujurut : 9)
6.  Tidak boleh mencela dan menghina (Al Hujurat : 11, Al Humazah : 1 )
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata:”Cukuplah kejelekan seseorang jika menghina saudaranya sesama.” (HR.Muslim)
7.  Tidak bolaeh bermarahan (Al Qalam : 4, Ali ‘Imron : 134)
8.  Menjaga rahasia (Al Isra : 34)
9.  Mengutamakan orang lain (Al Hasyr : 9, Al Insan : 8)
10. Saling memberi hadiah.
“ Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian saling mencintai.” (HR.Al Baihaqi).

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yakni: 

 قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعها اذى والله غني حليم (البقر ة : ٢٦٣)
Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.(al-Baqarah :263)

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yakni :

 يوم تشهد عليهم السنتهم وايديهم وارجلهم بما كانو يعملون (النور : ٢٤)

Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjaka (An-Nur : 24).  

Rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).

Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad saw --misalnya-- dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).

Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang serupa, bahkan juga dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik (QS An-Nisa' [4]: 86).
Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia (QS Al-Baqarah [2]: 83).

Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang benar,

"Dan katakanlah perkataan yang benar" (QS Al-Ahzab [33]: 70).

Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (baca Al-Hujurat [49]: 11-12).

Yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. 
Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Karena itu, ketika Misthah --seorang yang selalu dibantu oleh Abu Bakar r.a.-- menyebarkan berita palsu tentang Aisyah, putrinya, Abu Bakar dan banyak orang lain bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah. Tetapi Al-Quran turun menyatakan:

Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabat(-nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah dijalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan, serta berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampuni kamu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An-Nur [24]: 22).

Sebagian dari ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Quran surat Ali Imran (3): 134, yaitu: Maksudnya mereka mampu menahan amarahnya, dan memaafkan, (bahkan) berbuat baik (terhadap mereka yang pernah melakukan kesalahan terhadapnya), sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang berbuat baik.

Dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan Anda sendiri."

"Mereka mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, walaupun mereka amat membutuhkan"
(QS Al-Hasyr [59]: 9).

Jika ada orang yang digelari gentleman --yakni yang memiliki harga diri, berucap benar, dan bersikap lemah lembut (terutama kepada wanita)-- seorang Muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak hanya pantas bergelar demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam bahasa Al-Quran disebut al-muhsin.

Sebagai makhluk hidup, kita amat memerlukan tempat kehidupan di dunia ini yang baik; indah, bersih, aman dan nyaman. Itu sebabnya, kita amat memerlukan apa yang disebut dengan lingkungan hidup yang asri. Karena itu, menjadi keharusan kita bersama untuk berakhlak baik kepada lingkungan hidup agar lingkungan yang kita dambakan itu bisa terwujud.

AHLAQ  KEPADA LINGKUNGAN HIDUP

Ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk akhlak yang baik kepada lingkungan hidup agar kita bisa melaksanakannya.


1.    Keharusan Menjaga Lingkungan Hidup.

Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak melakukan kerusakan di dalamnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Karena itu, siapapun orangnya, melakukan kerusakan hidup dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik sehingga orang munafik sekalipun tidak mau dituduh telah melakukan kerusakan di muka bumi ini meskipun ia sebenarnya telah melakukan kerusakan, Allah Swt berfirman yang artinya:

وَإِذَا قِيْلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُوْا فِى اْلأَرْضِ قَالُوْا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ. أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلَكِنْ لاَ تَشْعُرُوْنَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari (QS 2: 11-12).

Oleh karena itu, orang-orang yang suka melakukan kerusakan di muka harus diwaspadai, Allah Swt berfirman:

وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِى اْلأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيْهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ الْفَسَادِ

Dan apabila ia (munafik) berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS 2: 205).

2.    Anjuran Menanam Pohon.

Agar lingkungan hidup yang kita diami tetap asri dan lestari, maka kaum muslimin sangat dianjurkan untuk menanam pohon, dengan adanya pohon, apalagi pohon yang besar, manusia akan memperoleh keuntungan seperti penghijauan, air hujan bisa menyerap lebih banyak ke dalam tanah sebagai cadangan air, udara tidak terlalu panas, buah yang dihasilkan serta kayu yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Anjuran menanam pohon ini terdapat dalam hadits Nabi Saw:

إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِى يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيْلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَلاَّ تَقُوْمَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا

Jika hari kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat sebuah bibit tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat itu, maka hendaklah ia menanamnya (HR. Ahmad dan Bukhari)

Manakala pohon yang ditanam itu menghasilkan buah yang banyak, maka pahala untuk orang yang menanam pohon itu akan lebih besar lagi, Rasulullah Saw bersabda:

مَامِنْ رَجُلٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ قَدْرَ مَايَخْرُجُ مِنْ ثَمَرِ ذَالِكَ الْغَرْسِ

Tidak seorangpun menanam tanaman, kecuali ditulis baginya pahala sesuai dengan buah yang dihasilkan oleh tanaman itu (HR. Ahmad).

3.    Tidak Boleh Buang Air di Jalan, Tempat Bernaung dan dekat sumber air.

Lingkungan hidup yang bersih, indah dan nyaman merupakan dambaan bagi setiap orang, karena itu harus dicegah adanya usaha untuk mengotori lingkungan, karena itu Rasulullah Saw melarang siapapun untuk membuang air di jalan, tempat bernaung maupun dekat sumber air, Rasulullah Saw bersabda:

إِتَّقُوا اللاَّعِنَيْنِ .قَالُوْا وَمَااللاَّعِنَانِ؟ قَالَ: الَّذِى يَتَخَلَّى فِى طَرِيْقِ النَّاسِ أَوْ ظِلِّهِمْ

Takutlah kepada dua hal yang dilaknati. Mereka (sahabat) bertanya: Apakah dua hal yang dilaknati itu, ya Rasulullah?. Rasulullah Saw menjawab: Orang yang membuang hajat di jalan umum atau di bawah pohon tempat orang berteduh (HR. Muslim).

4.    Tidak Boleh Buang Air di Air Yang Tergenang.

Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi masusia, dalam kehidupan sekarang, manusia tidak hanya mengandalkan air dari dalam tanah, tapi justeru sekarang ini banyak orang yang mengandalkan air sungai yang dibersihkan dan disucikan. Karena itu, manusia jangan sampai mengotori atau mencemari air sungai. Disamping itu, kebersihan lingkungan juga harus dijaga dan dipelihara dengan tidak “buang air “ pada air yang tergenang, karena hal itu akan mendatangkan penyakit dan bau yang tak sedap, Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ جَابِرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م نَهَى أَنْ يُبَالَ فِى الْمَاءِ الرَّاكِدِ

Jabir ra berkata: Rasulullah Saw telah melarang kencing dalam air yang berhenti tidak mengalir (HR. Muslim).

5.    Memelihara Tanaman.

Ketika para sahabat telah menanam pohon kurma, mereka ingin agar pohon itu tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang banyak, tapi mereka agak bingung bagaimana harus mengurusnya, karenanya mereka bertanya kepada Nabi tentang hal itu, namun Nabi menjawab:Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu”.

Kisah di atas menunjukkan bahwa pohon yang sudah ditanam harus dipelihara dengan sebaik-baiknya, namun teknisnya diserahkan kepada masing-masing orang sesuai dengan perkembangannya.

Dalam kaitan dengan memelihara tanaman, penebangan pohonpun sedapat mungkin dihindari, kecuali bila hal itu memang sangat diperlukan, itupun bila tidak menganggu lingkungan, ini berarti harus sesuai dengan izin Allah Swt meskipun dalam keadaan perang, Allah Swt berfirman: 

مَاقَطَعْتُمْ مِنْ لِيْنَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوْهَا قَائِمَةً عَلَى أُصُوْلِهَا فَبِإِذْنِ اللهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِيْنَ

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik (QS 59:5).

6.    Boleh Memakan Buah.

Bagi seorang muslim, disadari bahwa Allah Swt telah menganugerahkan buah yang begitu banyak macamnya, karenanya boleh saja kita memakannya, namun jangan sampai berlebih-lebihan, setelah itu jangan sampai lupa memanjatkkan rasa syukur dengan menunaikan zakatnya pada saat panen, Allah berfirman yang artinya:

وَهُوَ الَّذِى أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَّعْرُوْشَاتٍ وَغَيْرَ مَّعْرُوْشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرُ مُتَشَابِهٍ. كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَءَاتُوْا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَ تُسْرِفُوْا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dari memetik hasilnya (zakat); dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS 6:141).

7.    Tidak Menggunakan Air Secara Boros.

Hal yang juga amat penting untuk mendapat perhatian kita adalah menggunakan air secara hemat, karenanya wudhu itu masing-masing dilakukan maksimal tiga kali, meskipun wudhu pada air yang banyak, bahkan wudhu di sungai sekalipun, karenanya Rasulullah berwudhu hanya menggunakan sedikit air, hal ini tergambar dalam hadits:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ
Adalah Rasulullah Saw berwudhu, dengan satu mud air (HR. Abu Daud dan Nasa’I).

جَاءَ أَعْرَابِيُّ إِلَى النَّبِىِّ ص.م فَسَأَلَهُ عَنِ الْوُضُوْءِ. فَأَرَاهُ ثَلاَثًا ثَلاَثًا. ثمَّ قالَ: هَذَا الْوُضُوْءُ. فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا فَقَدْ أَسَاءَ أَوْ تَعَدَّى أَوْ ظَلَمَ

Datang seorang Badui kepada Nabi Saw, kemudian bertanya kepada beliau tentang wudhu, maka Nabi Saw memperlihatkan padanya tiga kali, tiga kali, lalu sabda: “Inilah wudhu, siapa yang lebih berarti telah berbuat keburukan dan kezaliman (HR. Nasa’I, Ahmad dan Ibnu Majah).

8.    Meminta Hujan Saat Kemarau.

Musim kemarau apalagi kemarau panjang bisa mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia, karena bisa mengakibatkan kekurangan persediaan air yang pada akhirnya kegagalan dalam pertanian dan perkebunan. Bahkan musim kemarau bisa mengakibatkan bencana yang lebih besar lagi seperti mudahnya terjadi kebakaran, termasuk kebakaran hutan. Disamping itu, kesengsaraan juga dialami oleh binatang yang kesulitan bahan makanan karena daun dan rumput yang biasa dimakan menjadi kering serta kesengsaraan bagi lingkungan hidup itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai upaya menumbuhkan alam lingkungan yang subur, indah dan nyaman, menjadi suatu keharusan bagi kaum muslimin untuk berdo’a meminta hujan dengan melaksanakan shalat istisqa.

Sumber: