BERAPA rupiah nilai lingkungan yang dihasilkan oleh suatu ekosistem, sampai kini masih tetap nisbi. Kuantifikasi nilai ekonomi kerusakan ataupun manfaat lingkungan karena pembangunan umumnya belum memiliki keandalan ataupun kesamaan pendapat. Padahal, true value sumber daya tersebut sangat perlu diketahui. Kalau ada angka kuantitatif, wujudnya baru berupa jumlah produk dari sumber daya atau angka kerusakan fisik akibat aktivitas memperolehnya.

BERAPA nilai rupiah kerusakan lingkungan karena kegiatan pembangunan, berapa rupiah yang diperlukan untuk memperbaikinya, dan berapa nilai kemanfaatan ekonomi kalau lingkungan itu dijaga atau diperbaiki, merupakan pertanyaan yang perlu dijawab secara kuantitatif.
Nilai ekonomi lingkungan yang dianggap tak terukur, intangible, dan sering kali bahkan dianggap tidak layak dipertanyakan karena memiliki nilai yang sulit dihitung secara nyata tersebut dapat didekati hingga menjadi tangible, terukur, meskipun cara pendekatannya bersifat relatif dan malahan tak jarang dianggap mengada-ada.

Sebuah contoh yang sering kita dengar, kerusakan lahan karena proses erosi didekati dengan menghitung berapa rupiah yang diperlukan untuk mengangkut kembali lapisan top soil yang hanyut ke sungai dan waduk ke struktur tanah di lokasi semula. Di Korea, Kim dan Dixon (1982) menyajikan angka kerusakan tanah akibat erosi tersebut sebesar 111.964 won per hektar atau senilai 162,3 dollar AS per hektar. Sedangkan di Indonesia, angka riset tentang hal ini ataupun kasus-kasus lingkungan yang lain belum diperoleh.

Nilai pokok lingkungan paling sering dihitung dari kejadian bencana tata air, kerusakan lahan, dan polusi. Nilai lainnya yang tidak kalah penting, namun sering dilupakan adalah nilai konservasi alam hayati dan plasma nutfah maupun nilai keberadaan sumber daya terhadap aktivitas eksogen baik makro maupun yang bersifat mikro. Hutan dan pepohonan berperan paling besar dalam perlindungan ekosistem lingkungan ini, sampai kepada nilai keteduhan dan estetikanya. Bahkan, sumber daya hutan mampu membentuk pola budaya dan sosial setempat.

Bagaimana menguantifikasikan nilainya, memang bukan perkara yang mudah. Tapi, paling tidak dengan itikad memberikan gambaran yang paling dapat dipertanggungjawabkan, kuantifikasi nilai ekonomi (dan finansial) lingkungan ini dapat dilakukan. Tentunya dengan simplifikasi sesederhana mungkin.
Analisis proyek dengan mempertimbangkan nilai ekonomi lingkungan dilakukan oleh Maynard M Hutscmidt bersama empat rekannya melalui metode benefit cost analysis (BCA), dikembangkan tahun 1936 di Amerika Serikat, berkaitan dengan pembangunan proyek pengairan di sana. Metode ini secara sederhana dikembangkan untuk menghitung besarnya peningkatan keuntungan proyek apabila dikeluarkan biaya konservasi lingkungannya, merupakan contoh awal usaha menguantifikasi nilai lingkungan yang mulai diperhatikan. Perdebatan cara analisa ini berlangsung sampai ke Congress selama tahun 1950-an yang mengundang perhatian para ahli ekonomi.

Di tahun 1958, Eckstein, Krutilla dan Eckstein, serta McKean memublikasikan tiga buku tentang benefit cost analysis tersebut. Hammond merupakan orang pertama yang di tahun 1958 memodifikasi metode ini untuk kegiatan pengendalian polusi. Selanjutnya tercatat nama Maass dan kawan kawan (1962), Barnet dan Morse (1963), Dorfman (1965), Herfindahl dan Kneese (1974), serta Mishan (1976) yang juga mengembangkan metode analisis di atas. Metode ini pun berkembang ke Inggris, Amerika Utara, dan Eropa Barat. Dan, kini Bank Dunia pun menggunakannya untuk menganalisa usulan investasi proyek-proyek, termasuk di negara-negara sedang berkembang.

Konsep utama analisis ini secara sederhana menghitung perbandingan keuntungan dan biaya suatu proyek, ditambah upaya konservasi, sebagaimana layaknya menggunakan metode investment criteria di bidang ekonomi. Tujuannya untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan menilai efek perubahan kualitas lingkungan dan mengantisipasi perlakuan perbaikan maupun pengendalian kerusakannya. Intinya, kerusakan lingkungan merupakan eksternalitas yang harus turut diperhitungkan dalam biaya proyek.

CARA sederhana lainnya yang dapat dikembangkan untuk menilai kelayakan suatu proyek adalah metode benefit loss analysis (BLA), yakni dengan memperbandingkan net present value (NPV) dari berkembangnya nilai keuntungan kegiatan dengan nilai kerugian akibat rusaknya lingkungan dalam berbagai aspek yang sebelumnya tidak pernah terjadi (Handadhari, 1994).

Eksploitasi hutan, misalnya, akan menghasilkan banyak keuntungan rupiah. Namun, juga akan merubah struktur ekosistem yang menurunkan kualitas lingkungan atau bahkan merusaknya dalam jangka waktu yang cepat, bahkan sering kali cenderung permanen. Di tanah pertanian, kegiatan budidaya yang tidak disertai konservasi telah menyebabkan erosi, menurunkan produksi pertanian dan menambah ongkos pemupukan yang tidak jarang menyebabkan polusi pestisida yang merugikan kehidupan biota air sungai dan nelayan ikan, serta kesehatan masyarakat.

Di kota besar, pembangunan kota dan permukiman telah menyebabkan naiknya suhu udara sampai 10 derajat Celsius, menurunkan kemampuan tanah menyerap air, polusi udara, tercemarnya sungai, dan berbagai kerusakan nilai lingkungan. Di sektor pertambangan, tidak dapat ditutupi timbulnya kerusakan lingkungan langsung yang amat sulit direklamasi. Namun, hal yang jelas merugikan seperti ini tidak pernah diungkapkan dalam rupiah untuk menilai pertumbuhan nilai ekonomi pembangunan yang sebenarnya.

Sebuah contoh polemik kasus lingkungan yang sempat populer adalah pembangunan padang golf dan agrowisata di Puncak sepanjang medio 1993. Pembangunan lahan 700 hektar yang menjanjikan pajak Rp 4 miliar setahun tersebut akhirnya harus diperbandingkan dengan nilai kerusakan lingkungan berupa menurunnya hasil air yang menurut perhitungan teknis mencapai sekitar 5 juta meter kubik setahun, erosi tanah 211 ton per hektar per tahun, limpasan run off 18 juta meter kubik setahun yang merusak dan memperbesar bahaya banjir di Jakarta akan mengakibatkan kerugian materiil yang bernilai rupiah sangat besar.

Dari hasil air tanah yang hilang saja, apabila dikomersialkan sebagai air mineral dengan nilai serendah Rp 100 per liter, waktu itu, bisa bernilai Rp 500 miliar per tahun. Maka, proyek tersebut justru akan merupakan kerugian nilai lingkungan yang sangat besar, jauh melampaui nilai pajak yang dihasilkan proyek tersebut (Kompas, 24 Mei 1993).

Contoh kasus environmental benefit loss analysis lainnya adalah pembangunan Jalan Tol Jagorawi yang konon sangat menguntungkan. Padahal, kita semua sadar bahwa jalan tersebut yang telah memacu kerusakan lingkungan Bogor-Puncak-Cianjur, bahkan areal pertanian dan peresapan air sepanjang jalan tol itu sendiri. Dan, kini, rencana pembangunan pantura Jakarta yang berjudul "reklamasi pantai" sedang diperdebatkan untung ruginya.

Secara nyata, keuntungan rupiahnya jelas amat menggiurkan (Kompas, 27 September 2002), tetapi kerugian materiil maupun nonmaterial yang akan ditanggung masyarakat pinggiran masih terus-menerus menjadi perdebatan.

Di Indonesia, masalah kuantifikasi nilai ekonomi lingkungan memang belum menarik untuk dibahas. Namun, beberapa ahli ekonomi dan kehutanan telah berusaha mengintroduksinya. Di antaranya, Iwan Jaya Azis (Universitas Indonesia, 1990-an) menyajikan gagasan menginternalisasi faktor-faktor eksternal melalui modifikasi model Robinson dalam bentuk model computable general equilibrium (CGE) yang diharapkan secara spesifik mampu menginternalisasi unsur-unsur pencemaran lingkungan.
Perhitungan kuantitatif nilai konservasi lingkungan hutan nasional telah pula dicoba oleh sekelompok ahli yang konon mengungkapkan bahwa nilai konservasi hutan alami terhadap perlindungan tanah dan penyerapan air saja sekitar 4 miliar dollar AS setahun.

Young Cheul Kim dan Achmad Sumitro (UGM, 2002) mengungkapkan, nilai ekonomi total hutan sebesar lebih dari Rp 10 juta/hektar/tahun, dengan nilai terbesar sebagai gudang penyimpan karbon (89%). Sedangkan IPB Bogor sebelumnya meneliti nilai hasil hutan kayu yang hanya kurang dari 5% dari nilai intrinsik sumber daya hutan, yang menyiratkan besarnya kerugian kegiatan eksploitasi apabila tanpa konservasi hutan.

Akhirnya, meskipun sifatnya masih amat nisbi, nilai ekonomi lingkungan sangat penting untuk dikuantifikasikan. Berapa nilai keuntungan suatu kegiatan pembangunan dibandingkan dengan nilai kerugiannya akibat rusaknya lingkungan dan kehidupan sosial bukanlah hal yang sulit dan mustahil dilakukan. Paling tidak, gambarannya diperlukan untuk memberikan masukan obyektif bagi para pengambil keputusan. Hanya para pihak yang terlibat tentu enggan mengungkapkannya. Apalagi, bila akan mempengaruhi "periuk nasi" mereka. Tetapi, sampai kapan?

Transtoto Handadhari, Pengamat Ekonomi Kehutanan, alumnus UGM

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/08/Fokus/357828.htm
Kesehatan jasmani dan rohani setiap penduduk merupakan bagian yang harus diperjuangan secara proaktif dan reaktif. Kenapa? Karena kesehatan tergolong penting sebagai has asasi manusia - tua, muda dan anak-anak, di kota atau di desa, orang kaya atau orang miskin, pejabat atau rakyat, di laut atau di gunung. Pendek kata kesehatan mestinya diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Untuk memperjuangkan kesehatan sebagai hak asasi manusia yang hakiki, negara telah menjadikan kesehatan sebagai prioritas penganggaran negara dan daerah dengan memberi porsi anggaran sebanyak 20%.

Banyak sudah aplikasi perangkat lunak yang diciptakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan penggunanya. Mulai dari meningkatkan produktifitas, komunikasi, pergaulan, keuangan sampai kesehatan. Untuk poin yang terakhir saya sebutkan, nampaknya masih jarang dikembangkan di Indonesia. Entah dirasa kurang menguntungkan atau mungkin memang proses adapatasinya yang sulit. Padahal jika dilihat lebih jauh, aplikasi kesehatan dapat meningkatkan kinerja, efisiensi serta mengedukasi banyak orang tentang informasi kesehatan.

Sebagai contoh kecil, adalah masalah rekam medis dari pasien di rumah sakit. Coba anda bayangkan jika rekam medis ini bisa dilihat oleh dokter, pasien, dan juga staff rumah sakit secara jarak jauh atau bahkan mobile. Jadi di manapun seorang dokter berada, ia dapat mengambil tindakan tanpa harus melihat rekam medis yang ada di komputer rumah sakit terlebih dahulu. Para dokter juga dapat dengan cepat menganalisa keadaan pasien dari output grafik yang bisa diberikan oleh aplikasi tersebut.
Lalu, pasien juga bisa melaporkan perkembangan berat badan, tensi darah, kadar gula, atau hal-hal lain yang dapat dilakukan di rumah melalui sebuah website ataupun aplikasi mobile. Dan kemudian para dokter dapat memantau perkembangan si pasien tersebut. Pasien juga bisa melakukan konsultasi secara online dengan para dokter, tentunya dengan menggunakan kredit poin yang dapat dibayarkan secara online. Menyenangkan sekali jika memang kita memiliki aplikasi seperti ini yang terintegrasi dan bisa diimplementasikan secara nyata di dunia kesehatan.
Di luar Indonesia sendiri sudah mulai dikembangkan aplikasi-aplikasi kesehatan. Mulai dari aplikasi desktop yang digunakan rumah sakit, sampai yang berbentuk web, bahkan ada yang bertemakan social networking. Tidak ketinggalan juga implementasinya di perangkat mobile, semacam smartphone hingga tablet. Kebanyakan orang menyebut aplikasi seperti ini dengan e-health.
Saya sendiri masih belum berhasil mendapatkan contoh-contoh dari e-health yang ada di Indonesia. Tetapi kebetulan saya berhasil mendapatkan beberapa website serta aplikasi mobile yang bertemakan e-health di luar Indonesia. Walaupun saya harus menunggu invitasi dari versi closed beta-nya, tetapi dengan melihat halaman “about” mereka saya berasumsi, aplikasi seperti ini memang layak disebut e-health.
Nah berikut adalah beberapa aplikasi yang saya temukan, baik berupa web site maupun aplikasi mobile:

Withings

Sebuah situs yang menawarkan e-health yang terintegrasi dengan smartphone anda beserta peralatan eksternal lainnya. Di sini pengguna dapat mencatat perkembangan berat badan, tekanan darah dan juga kondisi bayi anda. Aplikasi ini cukup membantu kesadaran si penggunanya untuk memiliki  rekam medis pribadi. Nantinya hasil dari data data tersebut dapat dikirimkan melalui email langsung ke dokter yang diinginkan sebagai bahan konsultasi maupun medical check up. Dengan begitu pengguna diberdayakan dan di edukasi untuk selalu memperhatikan kesehatannya dengan bantuan teknologi.
Website: withings.com

MotherKnows




MotherKnows menargetkan apliaksi web mereka untuk para orang tua. Disini para orang tua dapat membuat catatan medis dari putra putri mereka. Selain itu para orang tua juga bisa menambahkan jadwal imunisasi, golongan darah, riwayat alergi, riwayat pengobatan serta tindakan kesehatan yang pernah dilakukan serta melihat statistik perkembangan berat dan tinggi anak secara cepat. Tidak ketinggalan juga para orang tua dapat mencatat, dokter mana saja yang telah dikunjungi dan lain sebagainya.  Selain dapat diakses melalui web site, MotherKnows juga direncanakan akan memiliki aplikasi mobile.
Website: motherknows.com

Sickweather


Merupakan jejaring sosial dimana para anggotanya melakukan sharing mengenai kondisi kesehatan mereka. Menjadi menarik karena dengan melakukan sharing kondisi kesehatan mereka, maka jika terjadi wabah seperti demam berdarah, diare, atau malaria, anggota yang lain dapat mengetahui hal tersebut melalui fitur pemetaan. Fitur pemetaan ini menampilkan penyakit yang banyak terjadi di suatu daerah berdasarkan dari sharing status tadi. Dari data pemetaan penyakit tersebut, para petugas kesehatan setempat bisa melakukan tindakan pencegahan dengan lebih cepat, tanpa menunggu jatuhnya korban. Di lain pihak, anggota lainnya dapat memeberi saran dan berbagi cara penanggulangannya.
Website: sickweather.com
~
Nah, itulah konsep e-health yang berhasil saya temukan, dan membuka pikiran saya terbuka bahwa kita juga bisa membuat hal-hal semacam itu. Memang mungkin belum bisa mencakup semua kalangan, tetapi jika bisa berhasil maka akan sangat bermanfaat bagi dunia kesehatan di Indonesia. Usaha ini saya rasa haruslah dimulai dari para pengembang aplikasi, dimana e-health ini merupakan pasar yang masih baru dan mungkin agak sulit mencari keuntungan di sini. Hanya saja manfaat yang bisa diberikan ke masyarakat lebih besar jika hanya dibandingkan dengan ukuran keuntungan semata. Jadi bagaimana, ada yang berinisiatif membuat e-health?


bahan bacaan:

www.teknojournal.com

Pengantar

Ada tampaknya dalam jumlah banyak kemungkinan aplikasi teknologi informasi (TI) untuk manajemen pelayanan kesehatan. Antusiasme dalam memperkenalkan solusi dalam perawatan kesehatan TI kadang-kadang melewati pengawasan tradisional dan kontrol kualitas. Tanpa penilaian dan sistem pemikiran yang tepat (bagaimana implementasi, bagian dari sistem, kadang-kadang menghasilkan efek negatif di bagian lain dari sistem) seseorang tidak harus memperkenalkan solusi TI baru.


Bidang e-health ini seperti dikatakan, sangat luas, mencakup topik-topik seperti telemedicine, catatan elektronik, perekrutan, pergi tanpa kertas, pengadaan, skor kesehatan kartu, audit, sistem informasi dll 





Detmer 

The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control mendefinisikan tiga bidang informatika kesehatan:


• informatika Konsumen• Medis dan klinis informatika, dan• Bio informatika.Kategori ini didasarkan pada jenis dominan pengguna atau digunakan.Dalam tulisan ini, fokus akan pada dua jenis pertama disebutkan.Pergi ke:Informatika KonsumenSeringkali kategori ini - Informatika Konsumen - adalah yang sering disebut sebagai 'e-health' dan berfokus komunikasi kepada pasien dan masyarakat tentang topik kesehatan.


Konsumen-to-consumer (C-to-C) aplikasi yang berarti berpotensi kuat memberdayakan individu dan masyarakat. Ada 25.000 - 30.000 website berorientasi kesehatan dan mereka adalah yang paling dikunjungi. Situs-situs tersebut dan akan sumber utama informasi dan mis-informasi. Ada kebutuhan mendesak bagi semua pihak, termasuk para politisi / anggota parlemen, profesional kesehatan dan industri untuk menempatkan standar yang memadai dan kontrol kualitas untuk situs ini.


Sudah aplikasi C-to-C telah memberi kontribusi pada penciptaan "virtual" dan kadang-kadang kuat masyarakat, kadang-kadang dengan hasil dipertanyakan, seperti kekerasan sehubungan dengan Organisasi Perdagangan Dunia Summits. Tapi, kadang-kadang, lebih sesuai dengan semangat demokrasi baik-informasi, seperti jaringan antara pemilik tanah menderita banjir di Inggris. Kedua contoh dikutip sedang fokus pada pemerintah (s) dan pihak terkait lainnya.Pergi ke:Medis / klinis informatika.


Kategori ini berhubungan langsung dengan kesehatan struktur, proses dan hasil. Sebuah aplikasi utama adalah catatan medis berbasis komputer, sub-kategori yang catatan pribadi berbasis komputer yang akan memfasilitasi akses ke terapi biaya rendah, misalnya, dengan daerah-daerah tertentu dari kesehatan mental, seperti depresi.


Lain sub-kategori adalah catatan pasien berbasis komputer yang akan memudahkan pengambilan keputusan klinis. Catatan ini kemudian dapat dikaitkan dengan sistem berorientasi ilmu yang dapat berkontribusi untuk kontrol kualitas dari proses klinis. Pendukung keputusan tersebut telah terbukti memiliki hasil yang lebih baik.


Catatan kesehatan berbasis populasi komputer atau masyarakat biasanya anonim pasien dan / atau catatan pribadi. Sistem ini sangat berharga dalam kesehatan masyarakat di mana seseorang mencoba untuk melacak berbagai jenis bahaya kesehatan, terkait baik dengan, agen lingkungan atau sosial medis.Apa komentar umum, oleh karena itu, dapat dibuat mengenai catatan berbasis komputer? Tentu saja ada kekhawatiran etis yang penting dalam kaitannya dengan komposisi catatan dan akses yang sama. Juga, menghubungkan sistem pencatatan yang berbeda satu sama lain kadang-kadang menimbulkan kritik, khususnya dalam kasus-kasus yang mungkin melibatkan catatan pribadi / pasien. Sekali lagi, ada perlu untuk mengamankan standar dan kualitas dan langkah yang tepat, nasional dan internasional, yang akan diambil dalam mencari solusi.


Juga, kurangnya bimbingan dari pemerintah pusat, dalam banyak kasus menyebabkan mish-mash komputer berbasis sistem catatan pasien non-kompatibel. Keadaan seperti itu telah menyebabkan masalah timbul dalam pengolahan kelancaran pasien antara unit-unit pelayanan kesehatan, bahkan dalam otoritas kesehatan yang sama (atau setara). Terlepas dari banyak aspek positif devolusi / desentralisasi, ada, seperti yang ditunjukkan di atas-menyebutkan beberapa contoh, kebutuhan untuk koordinasi pusat. 


Pengamatan ini juga mungkin memiliki beberapa bantalan internasional dengan volume tinggi orang bepergian melintasi asrama nasional dan kadang-kadang membutuhkan perawatan kesehatan darurat di luar negara masing-masing. Dalam kasus ini, transfer cepat dan efisien, elektronik, catatan medis mungkin penting untuk mencapai pengiriman perawatan akut berkualitas baik.Pergi ke:TelemedicineAkhirnya, telemedicine memberikan kategori dengan sendirinya. Telemedicine, berarti kesehatan yang disampaikan melalui sarana elektronik, telah di jalan selama lebih dari satu abad - jika perawatan yang disediakan oleh telegraf dan telepon dianggap. Namun, menjelang akhir abad lalu, ini muncul sebagai sistem pengiriman dengan potensi besar karena revolusi teknologi informasi, yang membuat dua arah, transmisi audio visual mungkin biaya yang wajar. 

The Popper berikut kontrol antarmuka pengguna mungkin tidak dapat diakses. Tab untuk tombol berikutnya untuk kembali kontrol ke versi diakses.Hancurkan antarmuka pengguna control.


Pandangan yang diungkapkan oleh Hjelm, arahkan ke kesulitan (yang tidak dapat cukup disajikan di sini) telemedicine yang dihadapi, mengakibatkan banyak kekurangan. Ini memiliki jalan panjang untuk pergi sebelum dapat secara efektif diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan. Salah satu kesulitan penting adalah bahwa banyak aplikasi telemedicine belum dikembangkan, dievaluasi dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah sakit, sebelum penerapan sistem jarak yang lebih jauh.P


Kesimpulan

Seperti disebutkan, teknologi informasi dan e-health memiliki potensi besar. Penelitian dan pengembangan penelitian, bagaimanapun, diperlukan dalam menilai implikasi sempit dan lebih luas dari aplikasi TI. Ini tidak bisa dibiarkan penggemar IT saja, baik kepada para politisi baik-informasi yang kurang atau profesional kesehatan. Aplikasi harus, dalam pikiran saya, akan dibangun secara bertahap dengan dimulai dari proyek percontohan skala yang lebih kecil. Pada tahap selanjutnya dan setelah penilaian hati-hati, implementasi skala yang lebih besar mungkin tepat. Nasional dan internasional, ada kebutuhan untuk aksi bersama dalam mengembangkan standar (untuk mencapai kompatibilitas) dan kerangka etika.


Dari perspektif Rumah Sakit International Federation, kami telah mencatat, dengan kejutan dan kepuasan, bahwa website kita sendiri, http://www.hospitalmanagement.net, telah mencapai audiens yang lebih besar dari yang diharapkan. Dalam waktu kurang dari setahun setelah awal, sekitar 550, 000 hits per bulan (November 2001) dan beberapa 1000 rapat kerja sehari, telah direkam. Kami mengakui, oleh karena itu, website ini sebagai alat yang ampuh dalam mencapai anggota, calon anggota, industri dan masyarakat. Menjalankan website kami tergantung pada iklan. Mengingat bahwa banyak yang mengklaim ada pertumbuhan dalam kesehatan yang berhubungan dengan e-commerce serta peningkatan penghematan biaya dalam penggunaan fasilitas e-commerce, kami berharap dan percaya diri dalam pengembangan masa depan website kami.


  • Detmer D. Transforming Health Care in the Internet Era. World Hospitals and Health Services. 2001;37:2. [PubMed]
  • Hjelm M. Making Telemedicine an In-patient. Hospitals International. 2001;37:2.